Loading

Lembaga Sosial Dompet Dhuafa melestarikan Silek Tradisi dengan membuat program Serambi Budaya dengan menampilkan pertunjukan silek (silat) dari beberapa perguruan silek di Minangkabau.

“Hari ini kami melakukan sarasehan budaya silek dengan tujuan untuk menyosialisasikan silek yang merupakan budaya bangsa Indonesia yang harus dilestarikan dan dikembangkan,” kata General Manager Budaya dan Pendidikan Dompet Dhuafa Ustad Herman Budianto di Padang, Senin.

Ia mengatakan pelestarian dan pengembangan silek ini harus melalui beberapa proses salah satunya adalah menguatkan mindset masyarakat terkait dengan silek yang merupakan budaya yang harus dikembangkan yang memiliki banyak manfaat.

Adapun beberapa manfaat yang didapat melalui silek yaitu manfaat budaya, manfaat beladiri, manfaat kesehatan, dan sebagainya yang mana hal ini menjadi sesuatu yang harus melekat di dalam proses bela diri atau silek.


Dalam proses pelestarian silek ini harus ada manajemen berupa penyadaran bagi para guru dari perguruan-perguruan silek untuk memperbaiki manajemennya sehingga tata kelola perguruan akan semakin baik.”Sehingga, tradisional dari sisi silek tapi modern dari sisi manajemen, sehingga dengan manajemen ini maka akan menjadikan pengembangan silek akan lebih terarah,” ucapnya.

Hasil yang diharapkan dari kegiatan serambi budaya ini yaitu, lahirnya kreasi-kreasi dan kreativitas dari para guru silat dan pesilat untuk mengembangkan bela diri tersebut.

Menurut dia, dengan adanya perubahan zaman, generasi muda harus mampu keluar dari satu segmen ke segmen lain yang modern sehingga seluruh segmen bisa menerima dan benar-benar mau belajar silek.

Ia menambahkan, silek bisa dijadikan filosofi sebagai jalan sukses dalam kehidupan. Ada yang sukses di akademisi, artis, bisnis, pemerintahan dan seluruh sisi kehidupan bisa sukses dengan silek.

Sementara pimpinan cabang Dompet Dhuafa Singgalang Hadie Bandarian Syah menyampaikan program Serambi Budaya merupakan pertama kali ada di Sumbar.

“Dompet Dhuafa sebenarnya ada lima pilar program yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan, dakwah dan sosial budaya. Selama ini di cabang ini, kami baru menerapkan 4 pilar program,” ujar dia.

Namun, lanjutnya pada akhir 2021 ini ada program kerja sama dengan Dompet Dhuafa Pusat, yaitu Serambi Budaya. Sehingga program Dompet Dhuafa Singgalang bertambah menjadi lima.Pihaknya pertama kali menginisiasi program silek karena di Minangkabau ada budaya yaitu ke surau dan silek. Namun seiring perkembangan zaman budaya tersebut mulai memudar.

Hal ini disebabkan karena banyaknya anak-anak yang main gadget baik di kota maupun di daerah pelosok. Menurutnya, akan lebih baik budaya silek kembali dibangkitkan daripada hanya bermain gadget.

Pada Program Serambi Budaya yang digelar di Padang ini, ada 10 perguruan silek dari berbagai daerah di Sumbar seperti Pasaman, Padang Pariaman, dan Padang hadir untuk menampilkan pertunjukan silek.

Dompet Dhuafa merupakan lembaga filantropi Islam yang menghimpun dana infak, sedekah, dan wakaf. Lembaga tersebut menyelenggarakan program serambi budaya ini dengan mengambil asnaf guru silek yang dhuafa.

Menurut dia, guru silek di Minangkabau sama halnya seperti guru mengaji yang juga mempunyai nilai syiar atau dakwah, sehingga Dompet Dhuafa memberi santunan setiap bulan pada guru silek dhuafa agar tradisi silek bisa tetap lestari.

Dengan bantuan tersebut, diharapkan guru silek bisa dengan nyaman mengajar muridnya tanpa perlu memikirkan dari mana datangnya uang masuk untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.

Pewarta : Mutiara Ramadhani
Editor: Hendra Agusta
COPYRIGHT © ANTARA 2022