Loading

 

Dompet Dhuafa Post Image
Herman Budianto, selaku Ketua Kampoeng Silat Jampang (KSJ) Dompet Dhuafa mengutarakan betapa pentingnya manajemen perguruan silat dengan perkembangan silat itu sendiri. Ia mengutarakan hal tersebut dalam acara “Silaturahim Silat Tradisional Indonesia 2019″

“Kita sering berinteraksi dan kami melihat mereka sangat tradisional. Sampai tradisionalnya semua pengaturan masih berada di satu orang, satu guru. Tidak ada manajemen. Dampaknya bisa buruk bagi dunia silat. Kalau gurunya meninggal, maka semua ilmu akan terbawa meninggal bersama gurunya. Maka dari situ harus ada perbaikan. Kita harus mengubah tradisional ini menjadi lebih modern. Kita kenalkan dengan konsep organisasi. Kita ajak mereka mengurus badan hukum entah dari yayasan atau perkumpulkan. Kita siapkan pelatihan untuk membuat organisasi tadi. Kita kenalkan visi-misi, tujuan, hingga kurikulum,” ujar Herman, ketika ditemui di Padepokan Pencak Silat Indonesia, Pinang Ranti, Makassar, Jakarta Tmur.

Silat di mata sebagian masyarakat juga masih belum dianggap penting. Lantaran dengan melekatnya stigma dunia silat dengan sifat mistis, mendorong sebagian masyarakat menjauhkan diri dari silat.

“(Stigma) mistis masih melekat. Untuk itu kita perlu mengenalkan silat lebih jauh dengan pendekatan filosofis dan manajerialnya. Kita juga sudah beberapa kali melakukan pembicaraan dengan anggota dewan, dinas pendidikan, dinas pariwisata. Menyampaikan konsep-konsep kurikulum silat. Sehingga mengusulkan tidak hanya menjadi ekstrakulikuler, tapi menjadi muatan lokal. Namun ini memang masih proses,” lanjutnya.

Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan menggeluti silat. Baik segi ekonomis, akademik, seni dan lain-lain. Coba tengok Iko Uwais, melalui silat ia mengenalkan seni bela diri ke dalam film yang telah dinikmati tidak hanya orang Indonesia, tetapi juga mancanegara.

“Melalui seminar bedah buku dan acara ‘Silaturahim Silat Tradisional Indonesia 2019’ ini diharapkan menambah komitmen kita tuk tetap bersemangat melestarikan silat tradisional Indonesia. Harapannya di akhir 2019, silat diakui menjadi kekayaan budaya Indonesia oleh UNESCO,” terang Sahrawardi, selaku Ketua Panitia.

Hadir pula pegiat-pegiat hebat dunia silat seperti Mayjend TNI (Purn) Dr. H. Eddie M. Nalapraya (Bapak Pencak Silat Dunia), Khairul Jasmi (Komisaris PT.Semen Padang), Edwin H. Abdullah (Wakil Direktur Utama PT. Angkasa Pura II), dan Arifian Purwakanta (Direktur Utama BAZNAS). (Dompet Dhuafa/Fajar)