Kampoeng Silat Jampang Silahturahim ke Lembaga Adat Tatar Sunda

Loading

Dalam rangka mempererat tali silaturahmi antar kelembagaan dan budaya Ketua umum KSJ (Kampoeng Silat Jampang – Dompet Dhuafa)  Ust. Herman Budianto, Msi dan Staf Shegi beserta Guru Besar Perguruan Silat Pusaka Sabandar Babeh Malik lakukan kunjungan Ke Lembaga Adat Tatar Sunda dijalan lapangan tembak 300 Lembah Jurig No.40 Cibungbulang Kabupaten Bogor, Selasa (18/02/2020).

Dalam Kunjungan tersebut berharap kedua lembaga budaya tersebut bisa saling bersinergi bersama sama memajukan dalam segala bidang terutamanya bidang kebudayaan salah satunya memajukan pencak silat diseluruh Indonesia Khususnya Jawa Barat.

Ketua KSJ berharap dengan kunjungan ini ke lembaga adat tatar Sunda selain silaturahmi juga untuk lebih memperkuat dalam menjalin kerjasama dan lebih solid Kami (KSZ.red) dari kebudayaan Silat sedang  lembaga adat tatar Sunda kebudayaan secara umum untuk itu mudah-mudah sinergitas ini bisa memajukan dalam segala hal.

Harapan dari Ketua KSJ ” Ya Harapannya tentu masing masing dari lembaga kita akan semakin besar tujuan nya tercapai dengan baik, semakin profesional semakin amanah mengembangkan ini sehingga masyarakat merasakan kehadiran kita ini sangat bermanfaat jadi dengan adanya lembaga-lembaga seperti Tatar Sunda maupun KSJ ini sangat baik, Jadi bagi masyarakat maupun pemerintah bisa merasakan manfaat yang besar”Tuturnya.

“Dengan silaturahmi ini Insyaallah kita bisa bersinergi dan bekerjasama dalam berbagai bidang , dua lembaga yang besar  bekerjasama Insyaallah bermanfaat. Bagi masyarakat sunda khususnya”Ucap Abah Gumay.(Mr)

Sumber : http://infonewsnusantara.com/2020/02/18/kunjungan-ketua-umum-ksj-ke-lembaga-adat-tatar-sunda-untuk-jalin-kerjasama/

Jangan Sampai Sombong Karena Kelebihan Kita

Loading

Menangis Ketika Diberikan Nasehat oleh Anak Kecil

Ulama Nu’man bin Tsabit yang dikenal
dengan sebutan Abu Hanifah/IMAM HANAFI pernah bertemu dengan anak kecil yang berjalan mengenakan sepatu kayu (terompah kayu).

Sang Imam berkata:

“Hati-hati nak dengan sepatu kayumu itu, jangan sampai kau tergelincir.”

Bocah ini pun tersenyum
dan mengucapkan terima kasih, lalu bertanya:

“Bolehkah saya tahu namamu Tuan?”_

“Nu’man namaku”,
Jawab sang Imam.

“Jadi, Tuan lah yang selama ini terkenal dengan gelar Al-imam Al-a’dhom. (Imam Agung) itu..??”tanya si bocah.

“Bukan aku yang memberi gelar itu, masyarakat-lah yang berprasangka baik dan memberi gelar itu kepadaku.”

Si bocah berkata lagi:

“Wahai Imam, hati-hati dengan gelarmu. Jangan sampai tuan tergelincir ke neraka karena gelar itu…! Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskanmu ke dalam api yang kekal, jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya.”_

Ulama terkenal yang diikuti banyak umat itupun tersungkur menangis.

Imam Abu Hanifah bersyukur.
Siapa sangka, peringatan datang dari lidah
seorang bocah.
——

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya, “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada sahabat yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Nabi menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. (HR. Muslim no. 91).

An-Nawawi rahimahullah berkata, “Hadis diatas berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka, serta menolak kebenaran” (Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi, II/163, cet. Daar Ibnu Haitsam).

Masya Allah ..pelajarannya adalah
1. Ulama yg sesungguhnya akan berterima kasih bahkan menangis ketika dinasehati walau oleh anak kecil.

2. Jangan sampai jabatan, harta, ilmu, kekuasaan dll menyebabkan kita sombong, merasa hebat dan meremehkan orang lain shg akan membawa kita ke neraka.

Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat sombong yg merupakan sifat awal iblis yg menolak sujud kepada Nabi Adam. Aamiin

Workshop Pengobatan Tradisional untuk Cidera

Loading


Seorang pesilat apalagi seorang guru silat haruslah mempunyai kemampuan mengobati cidera seperti keseleo, salah urat, patah dll yg bisa terjadi ketika latihan atau sebab lain.

Kampoeng Silat Jampang (KSJ) mengajak para pesilat dan masyarakat umum yang ingin belajar pengobatan untuk hadir pada acara :

*Workshop Pengobatan Tradisional Cedera*

*Nara sumber : Yusuf Sarwoedi ” Kang Iyus” pengurus perguruan Padjadjaran Cimande*

🗓 Hari : Minggu, 8 Maret 2020
⏰ 13.00 – 18.00 WIB
🏠 Pendopo Kampoeng Silat Jampang Kawasan Zona Madina Dompet Dhuafa Jl Raya Parung Bogor km 42 Desa Jampang Kec. Kemang.

*INVESTASI 100 rb*
*45 rb untuk keluarga KSJ*

*Cofee break, Snack + Praktek pengobatan*

Narahubung : Shegi 089659770930

https://goo.gl/maps/5KTqYNLaBcD

Perguruan Pencak Silat Sin Lam Ba

Perguruan Pencak Silat Sin Lam Ba

Loading

Sejarah Ilmu Sin Lam Ba berasal dari H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten. Syekh Abdul Karim Banten merupakan tokoh Tarekat Qadiriyyah yang terkenal di Asia Tenggara pada akhir abad ke-19 (salah satu Imam Masjid di Mekah, berdasarkan keterangan keluarga beliau).

Setelah pecahnya Perang Banten yang digagalkan Belanda pada tahun 1888, putra-putra beliau menyingkir ke pedalaman Karawang Utara, tujuan pertamanya ingin ke Sultan Agung di Demak. Karena suatu hal mereka terdampar di daerah Karawang, Pantai Pakis Kertajaya, sekitar 15 KM timur laut Rengas Dengklok, lalu mendirikan sebuah pesantren. Rombongan ini dipimpin putra beliau yang belakangan dikenal dengan nama H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten (wafat pada tahun 1939-an dalam usia hampir 100 tahun). H. Oddo kemudian memberikan pengajaran Ilmu Hikmah kepada Pak Toha bin Sieng dari Betawi (Tebet, Menteng dalam), lalu dilanjutkan oleh salah satu muridnya yaitu H. Harun Achmad.

Toha bin Sieng

Sebelumnya, Pak Toha bin Sieng yang lahir pada tanggal 15 Agustus 1889 dan wafat pada tanggal 8 Desember 1957, merupakan opsir Belanda yang desersi (seorang tokoh pendekar yang disegani di Betawi), dan kemudian berniat pergi mencari Ilmu Hikmah (sekitar tahun 1934) ke daerah kulon (Banten). Di tengah perjalanan, di dalam kereta api, Pak Toha bin Sieng bertemu dengan seorang kakek/ sosok orang tua, dia menyuruh Pak Toha untuk pergi ke daerah wetan (Karawang). Konon, setelah memberitahu kepada Pak Toha, kakek/orang tua tersebut menghilang, dicari lagi sudah tidak ada di tempatnya. Akhirnya Pak Toha bin Sieng menuruti nasehatnya untuk pergi ke suatu tempat yang ternyata pesantren milik H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten dengan tujuan untuk menuntut Ilmu Hikmah, karena secara ilmu kependekaran Pak Toha merasa sudah cukup. Konon di Betawi dia sudah dikenal di dunia persilatan pada masa itu (pendekar Toha dari Betawi).

Singkat cerita di pesantren tersebut Pak Toha bin Sieng tidak langsung diberi Ilmu Hikmah, melainkan diberi tugas sebagai marbot (penjaga masjid), yang bertugas untuk membersihkan masjid dan mengisi air untuk berwudhu.

“Perguruan ini memiliki kekhasan, yaitu silat tangan kosong khas Perguruan  Betawi dan jurus-jurus senjata terutama golok, dengan jurus “Langkah Lima” sebagai jurus andalannya yang termasyhur.”

Setelah 2 tahun 10 bulan berselang, barulah H. Oddo mengijinkan Pak Toha bin Sieng beserta enam putra H. Oddo untuk mengambil salah satu manuskrip/kitab (terbuat dari gulungan rokok kaung) yang ada di langitlangit masjid (dilakukan pada waktu malam Jum’at pada saat Nisfu sya’ban menjelang bulan Ramadhan).

Gulungan tersebut terdapat di dalam salah satu kumpulan kaleng rokok kaung (kumpulan kulit jagung), salah satu gulungan yang diambil bertulisan huruf arab gundul (tidak ada tanda baca) yang dapat diartikan “Intisari dari ilmu keberkahan dunia dan akhirat“ dan “Ilmu yang bekerja jika dizalimi orang lain“ merupakan salah satu ilmu yang terkandung di dalamnya. Selanjutnya H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten memberikan wejangan dan amalan ( zikir) kepada Pak Toha bin Sieng.

Setelah 2 tahun 10 bulan meninggalkan Betawi, Pak Toha bin Sieng akhirnya kembali sekitar tahun 1937. Sesampainya di Tebet, keluarganya kaget melihat kedatangan Pak Toha bin Sieng yang dikira sudah meninggal. Setelah itu Pak Toha bertemu dengan adiknya yang sudah lama mencarinya. Adiknya yang juga seorang jawara, penasaran akan ilmu yang didapat oleh kakaknya itu.

Setelah menceritakan tentang ilmu yang didapat dari H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten, Pak Toha bin Sieng masih belum bisa mengerti atau memahami fungsi dan kegunaan ilmu tersebut. Sang adik pun disuruh oleh Pak Toha untuk menyerangnya dari dapur (serangan pukulan jarak jauh), tiba-tiba dari ruang tamu, Pak Toha terkejut mendengar suara gaduh dari arah dapur. Dilihatnya sang adik menggelepar seperti ayam terpotong di dapur (dekat tungku). Dengan kebingungan Pak Toha bin Sieng menyembuhkannya secara spontan dengan menyebut Bismillah, Istighfar, dan Allahu Akbar, lalu mengusapkan tangannya ke tubuh adiknya itu, setelah itu adiknya kembali sadar seperti semula.

Setelah peristiwa itu barulah Pak Toha bin Sieng menyadari salah satu manfaat ilmu yang didapat dari H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten. Kemudian Pak Toha bin Sieng mengajarkan dan mengembangkan jurus silat tangan kosong dan jurus golok muka dua (jurus Pak Toha 1938-1957). Selain itu Pak Toha juga mengajarkan Ilmu Hikmah (tenaga dalam), yang didapatkan dari H. Oddo. Tak lama berselang dalam tafakur malamnya selama 40 hari, Pak Toha menciptakan suatu jurus tenaga dalam, yang niat awalnya untuk mempersatukan semua murid yang belajar ilmu silat luar (tangan kosong/jurus golok) dan tenaga dalam (Ilmu Hikmah) baik dari kalangan keluarga maupun masyarakat umum. Jurus itu bernama “Langkah Lima”, dan hingga sekarang jurus itu dipakai sebagai jurus wajib bagi setiap ikhwan/akhwat (muridmurid) Perguruan Silat Sin Lam Ba di seluruh pelosok nusantara.

Secara resmi Perguruan Silat Sin Lam Ba didirikan pada tahun 1937 di Tebet, Jakarta Selatan, dan memiliki visi sa’adah (kebahagiaan), latifah (kelembutan), dan barokah (keberkahan). Perguruan ini memiliki kekhasan, yaitu silat tangan kosong khas Perguruan Betawi dan jurus-jurus senjata terutama golok, dengan jurus “Langkah Lima” sebagai jurus andalannya yang termasyhur. Secara implisit jurus “Langkah Lima” bermakna Rukun Islam dan Pancasila. Sampai sekarang perguruan ini sudah tersebar di Jakarta, Bogor, Bandung, Jambi, dan Padang.

Sumber : Kampoeng Silat Jampang

Perguruan Pencak Silat Betako Merpati Putih

Perguruan Pencak Silat Betako Merpati Putih

Loading

Perguruan ini bernama “Merpati Putih” yang merupakan singkatan dari “Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “mencari sampai mendapatkan kebenaran dalam ketenangan.” Merpati Putih merupakan Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong (PPS Betako) sehingga sering disebut “PPS Betako Merpati Putih”.

Merpati Putih (MP) merupakan warisan budaya peninggalan nenek moyang Indonesia yang pada awalnya merupakan ilmu keluarga Keraton yang diwariskan secara turun-temurun, yang pada akhirnya atas wasiat Sang Guru ilmu Merpati Putih diperkenankan dan disebarluaskan dengan maksud untuk ditumbuhkembangkan agar berguna bagi negara.

Pada awalnya aliran ini dimiliki oleh Sampeyan Dalem Inkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro, kemudian ke BPH Adiwidjojo (Grat I). Lalu, setelah Grat III, R. Ay. Djojoredjoso ilmu yang diturunkan dipecah menurut spesialisasinya sendiri-sendiri. Seni bela diri ini mempunyai dua saudara lainnya, yaitu bergelar Gagak Samudro dan Gagak Seto. Gagak Samudro diwariskan ilmu pengobatan, sedangkan Gagak Seto ilmu sastra, sedangkan untuk seni bela diri diturunkan kepada Gagak Handoko (Grat IV). Dari Gagak Handoko inilah akhirnya turun temurun ke Mas

Saring, lalu Mas Poeng, dan Mas Budi menjadi PPS Betako Merpati Putih. Hingga kini, kedua saudara seperguruan lainnya tersebut tidak pernah diketahui keberadaan ilmunya dan masih tetap dicari hingga saat ini di tiap daerah di tanah air guna menyatukannya kembali.

PPS Betako Merpati Putih berasal dari seni bela diri keraton, yang diajarkan khusus kepada kalangan keluarga keraton termasuk salah satunya adalah Pangeran Diponegoro. sedangkan pendiri perguruan dan Guru Besar sekaligus pewaris ilmu adalah Purwoto Hadi Purnomo (Mas Poeng) dan         Budi       Santoso               Hadi Purnomo (Mas Budi) sebagai Guru Besar terakhir yaitu generasi ke sebelas (Grat XI).

Berikut silsilah turunan aliran PPS Betako Merpati Putih:

  1. BPH Adiwidjojo: Grat-I
  2. PH Singosari: Grat-II
  3. Ay. Djojoredjoso: Grat-III
  4. Gagak Handoko: Grat-IV
  5. Rekso Widjojo: Grat-V
  6. Bongso Djojo: Grat-VI
  7. Djo Premono: Grat-VII
  8. Wongso Djojo: Grat-VIII
  9. Kromo Menggolo: Grat-IX
  10. Saring Hadi Poernomo: Grat-X
  11. Poerwoto Hadi Poernomo (alm) dan Budi Santoso Hadi Poernomo (alm): Grat-XI
  12. Pewaris muda: Nehemia Budi Setiawan (putra Mas Budi) dan Amos Priono Tri Nugroho (putra Mas Poeng) : Grat-XII

Salah satu ciri khas dari perguruan silat yang dilembagakan secara formal Pada tanggal 2 April 1963 di Yogyakarta ini adalah olah nafas, yang terdiri dari nafas pengolahan dan nafas pembinaan. Latihan olah nafas bertujuan untuk meningkatkan potensi pesilat, salah satunya explosive power dari serangan yang sering diperagakan dalam demo pematahan benda keras. Selain itu, olah nafas juga dapat diterapkan dalam hal lain diantaranya getaran tutup mata (kemampuan melihat dengan mata tertutup), kebugaran (program khusus untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan), dan lain sebagainya.

Merpati Putih menggunakan tenaga dalam asli manusia, dengan teknik olah napas. Pada orang biasa, tenaga asli tersebut dapat dilihat dan digunakan hanya pada saat orang bersangkutan dalam kondisi terdesak saja. Misal: melompat pagar saat anjing mengejarnya di jalan yang buntu. Dalam keadaan kembali normal/tidak terdesak, orang tersebut serasa tidak percaya telah melompati pagar yang tinggi tersebut. Maka di dalam pencak silat ini, dikembangkan bagaimana menggunakan tenaga ekstra asli manusia tersebut pada saat normal, kapanpun dan dimanapun.

Di PPS Betako Merpati Putih, selain ada pernapasan pengolahan dan pernapasan pembinaan, juga ada beberapa teknik jurus (disebut dengan rangkaian gerak), diantaranya adalah Gerak Dasar, Tangkap kunci, Rangkaian Gerak Praktis (RGP), Rangkaian Gerakan Terikat (RGT) dan Rangkaian Gerakan Bebas (RGB). Hasil olah gerak dan olah napas ini kemudian dapat diolah menjadi tenaga getaran. Urutan pemahaman gerakan pada Merpati Putih adalah: Gerak Dasar –> Gerak Pengarahan –> Gerak Naluri (plus getaran).

Selain dari diri sendiri (energi badan), pengambilan energi getaran di Pencak Silat Merpati Putih ini dapat pula diambil dari alam seperti dari bumi (energi tanah, juga pohon yang berusia amat tua), atau bahkan energi dari angkasa (energi bintang, matahari, ataupun bulan).

Beberapa tahun belakangan, ilmu tenaga dalam Merpati Putih yang mengandung energi dan getaran ini telah diselidiki lebih jauh secara ilmu pengetahuan dan dikembangkan juga untuk pengobatan serta untuk kepentingan orang tuna netra, agar mereka bisa membaca, membedakan dan mengenali warna, serta dapat mempermudah segala aktivitas lainnya sehari-hari.

Pola latihan Merpati Putih sudah diteliti oleh ilmuwan sejak mulainya Operasi Seta I (1972) bersama dengan para Taruna Militer, dengan hasil bahwa metode latihan Merpati Putih menghasilkan pola yang hampir sama dengan aerobik ditambah munculnya tenaga tambahan. Secara aktif diteliti efeknya pada tubuh manusia oleh para dokterdokter spesialis di Yayasan Jantung Sehat. Getaran juga diujicobakan pada Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) untuk mendeteksi radiasi nuklir. Hasilnya, getaran Merpati Putih dapat lebih cepat digunakan untuk mendeteksi radiasi nuklir dibanding alat yang digunakan oleh BATAN.

Pada Markas Polisi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Mapolda Metro Jaya) getaran Merpati Putih diujicobakan untuk mendeteksi narkoba yang disembunyikan pada mobil, kantong perorangan, lemari, dan banyak tempat. Hasilnya, pesilat berhasil menunjukkan dengan sempurna lokasi penyimpanan narkoba tersebut. Belum lama ini (2009), bekerja sama dengan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, getaran Merpati Putih digunakan untuk mendeteksi kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) di sepanjang Ciliwung. Tahun 2010 sedang diupayakan kerjasama dengan Palang Merah Internasional untuk masuk di dalam tim bantuan pencarian korban bencana alam. Hingga kini terus dikembangkan untuk masuk pada aspek-aspek kemanusiaan lainnya.

Latihan Merpati Putih mementingkan aspek bela diri tanpa senjata/tangan kosong. Bagian-bagian tubuh manusia dapat digunakan sebagai senjata yang tak kalah ampuhnya dengan senjata sesungguhnya. Tetapi, walaupun begitu pada anggota Merpati Putih secara ekstra kurikuler (tambahan kurikulum latihan) diperkenalkan senjata, sifat dan karakteristik senjata, serta cara menghadapinya, dan sebagainya. Karena bagaimana mungkin bisa mengalahkan lawan bersenjata apabila tidak memahami

karakteristik dari senjata seperti bentuk, lintasan, alat penyasar, target sasaran senjata, dan sebagainya. Untuk itulah teknik penggunaan senjata juga dipelajari.

Senjata khas Merpati Putih adalah TEKBI dan KUDI, yang diajarkan secara wajib pada pesilat secara bertahap pada tingkatan tertentu. KUDI Merpati Putih berbentuk sangat khas, dan diciptakan oleh Mas Poeng (Guru Besar MP). Memiliki dimensi horizontal dan dimensi vertikal. Sarat dengan nilai-nilai dan falsafah. Mas Poeng sudah bertransformasi menjadi seorang MPU yang membuat senjata khas.

Sumber : Kampoeng Silat Jampang