Perguruan ini bernama “Merpati Putih” yang merupakan singkatan dari “Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “mencari sampai mendapatkan kebenaran dalam ketenangan.” Merpati Putih merupakan Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong (PPS Betako) sehingga sering disebut “PPS Betako Merpati Putih”.
Merpati Putih (MP) merupakan warisan budaya peninggalan nenek moyang Indonesia yang pada awalnya merupakan ilmu keluarga Keraton yang diwariskan secara turun-temurun, yang pada akhirnya atas wasiat Sang Guru ilmu Merpati Putih diperkenankan dan disebarluaskan dengan maksud untuk ditumbuhkembangkan agar berguna bagi negara.
Pada awalnya aliran ini dimiliki oleh Sampeyan Dalem Inkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro, kemudian ke BPH Adiwidjojo (Grat I). Lalu, setelah Grat III, R. Ay. Djojoredjoso ilmu yang diturunkan dipecah menurut spesialisasinya sendiri-sendiri. Seni bela diri ini mempunyai dua saudara lainnya, yaitu bergelar Gagak Samudro dan Gagak Seto. Gagak Samudro diwariskan ilmu pengobatan, sedangkan Gagak Seto ilmu sastra, sedangkan untuk seni bela diri diturunkan kepada Gagak Handoko (Grat IV). Dari Gagak Handoko inilah akhirnya turun temurun ke Mas
Saring, lalu Mas Poeng, dan Mas Budi menjadi PPS Betako Merpati Putih. Hingga kini, kedua saudara seperguruan lainnya tersebut tidak pernah diketahui keberadaan ilmunya dan masih tetap dicari hingga saat ini di tiap daerah di tanah air guna menyatukannya kembali.
PPS Betako Merpati Putih berasal dari seni bela diri keraton, yang diajarkan khusus kepada kalangan keluarga keraton termasuk salah satunya adalah Pangeran Diponegoro. sedangkan pendiri perguruan dan Guru Besar sekaligus pewaris ilmu adalah Purwoto Hadi Purnomo (Mas Poeng) dan Budi Santoso Hadi Purnomo (Mas Budi) sebagai Guru Besar terakhir yaitu generasi ke sebelas (Grat XI).
Berikut silsilah turunan aliran PPS Betako Merpati Putih:
- BPH Adiwidjojo: Grat-I
- PH Singosari: Grat-II
- Ay. Djojoredjoso: Grat-III
- Gagak Handoko: Grat-IV
- Rekso Widjojo: Grat-V
- Bongso Djojo: Grat-VI
- Djo Premono: Grat-VII
- Wongso Djojo: Grat-VIII
- Kromo Menggolo: Grat-IX
- Saring Hadi Poernomo: Grat-X
- Poerwoto Hadi Poernomo (alm) dan Budi Santoso Hadi Poernomo (alm): Grat-XI
- Pewaris muda: Nehemia Budi Setiawan (putra Mas Budi) dan Amos Priono Tri Nugroho (putra Mas Poeng) : Grat-XII
Salah satu ciri khas dari perguruan silat yang dilembagakan secara formal Pada tanggal 2 April 1963 di Yogyakarta ini adalah olah nafas, yang terdiri dari nafas pengolahan dan nafas pembinaan. Latihan olah nafas bertujuan untuk meningkatkan potensi pesilat, salah satunya explosive power dari serangan yang sering diperagakan dalam demo pematahan benda keras. Selain itu, olah nafas juga dapat diterapkan dalam hal lain diantaranya getaran tutup mata (kemampuan melihat dengan mata tertutup), kebugaran (program khusus untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan), dan lain sebagainya.
Merpati Putih menggunakan tenaga dalam asli manusia, dengan teknik olah napas. Pada orang biasa, tenaga asli tersebut dapat dilihat dan digunakan hanya pada saat orang bersangkutan dalam kondisi terdesak saja. Misal: melompat pagar saat anjing mengejarnya di jalan yang buntu. Dalam keadaan kembali normal/tidak terdesak, orang tersebut serasa tidak percaya telah melompati pagar yang tinggi tersebut. Maka di dalam pencak silat ini, dikembangkan bagaimana menggunakan tenaga ekstra asli manusia tersebut pada saat normal, kapanpun dan dimanapun.
Di PPS Betako Merpati Putih, selain ada pernapasan pengolahan dan pernapasan pembinaan, juga ada beberapa teknik jurus (disebut dengan rangkaian gerak), diantaranya adalah Gerak Dasar, Tangkap kunci, Rangkaian Gerak Praktis (RGP), Rangkaian Gerakan Terikat (RGT) dan Rangkaian Gerakan Bebas (RGB). Hasil olah gerak dan olah napas ini kemudian dapat diolah menjadi tenaga getaran. Urutan pemahaman gerakan pada Merpati Putih adalah: Gerak Dasar –> Gerak Pengarahan –> Gerak Naluri (plus getaran).
Selain dari diri sendiri (energi badan), pengambilan energi getaran di Pencak Silat Merpati Putih ini dapat pula diambil dari alam seperti dari bumi (energi tanah, juga pohon yang berusia amat tua), atau bahkan energi dari angkasa (energi bintang, matahari, ataupun bulan).
Beberapa tahun belakangan, ilmu tenaga dalam Merpati Putih yang mengandung energi dan getaran ini telah diselidiki lebih jauh secara ilmu pengetahuan dan dikembangkan juga untuk pengobatan serta untuk kepentingan orang tuna netra, agar mereka bisa membaca, membedakan dan mengenali warna, serta dapat mempermudah segala aktivitas lainnya sehari-hari.
Pola latihan Merpati Putih sudah diteliti oleh ilmuwan sejak mulainya Operasi Seta I (1972) bersama dengan para Taruna Militer, dengan hasil bahwa metode latihan Merpati Putih menghasilkan pola yang hampir sama dengan aerobik ditambah munculnya tenaga tambahan. Secara aktif diteliti efeknya pada tubuh manusia oleh para dokterdokter spesialis di Yayasan Jantung Sehat. Getaran juga diujicobakan pada Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) untuk mendeteksi radiasi nuklir. Hasilnya, getaran Merpati Putih dapat lebih cepat digunakan untuk mendeteksi radiasi nuklir dibanding alat yang digunakan oleh BATAN.
Pada Markas Polisi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Mapolda Metro Jaya) getaran Merpati Putih diujicobakan untuk mendeteksi narkoba yang disembunyikan pada mobil, kantong perorangan, lemari, dan banyak tempat. Hasilnya, pesilat berhasil menunjukkan dengan sempurna lokasi penyimpanan narkoba tersebut. Belum lama ini (2009), bekerja sama dengan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, getaran Merpati Putih digunakan untuk mendeteksi kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) di sepanjang Ciliwung. Tahun 2010 sedang diupayakan kerjasama dengan Palang Merah Internasional untuk masuk di dalam tim bantuan pencarian korban bencana alam. Hingga kini terus dikembangkan untuk masuk pada aspek-aspek kemanusiaan lainnya.
Latihan Merpati Putih mementingkan aspek bela diri tanpa senjata/tangan kosong. Bagian-bagian tubuh manusia dapat digunakan sebagai senjata yang tak kalah ampuhnya dengan senjata sesungguhnya. Tetapi, walaupun begitu pada anggota Merpati Putih secara ekstra kurikuler (tambahan kurikulum latihan) diperkenalkan senjata, sifat dan karakteristik senjata, serta cara menghadapinya, dan sebagainya. Karena bagaimana mungkin bisa mengalahkan lawan bersenjata apabila tidak memahami
karakteristik dari senjata seperti bentuk, lintasan, alat penyasar, target sasaran senjata, dan sebagainya. Untuk itulah teknik penggunaan senjata juga dipelajari.
Senjata khas Merpati Putih adalah TEKBI dan KUDI, yang diajarkan secara wajib pada pesilat secara bertahap pada tingkatan tertentu. KUDI Merpati Putih berbentuk sangat khas, dan diciptakan oleh Mas Poeng (Guru Besar MP). Memiliki dimensi horizontal dan dimensi vertikal. Sarat dengan nilai-nilai dan falsafah. Mas Poeng sudah bertransformasi menjadi seorang MPU yang membuat senjata khas.
Sumber : Kampoeng Silat Jampang