Perguruan Pencak Silat Panglipur

Perguruan Pencak Silat Panglipur

Loading

 

Perguruan Pencak Silat Panglipur terkenal dengan keindahan gerak dan jurusnya. Gerakan dan jurus mereka diramu dengan penuh estetik sehingga indah dinikmati sebagai pertunjukan seni. Sebagaimana namanya, Panglipur memiliki makna menghibur.

Perguruan Pencak Silat ini didirikan di Bandung pada tahun 1909 oleh Abah Aleh. Nama Panglipur  diberikan oleh Adipati Wiranata Kusumah. Berdasarkan cerita turun temurun, ketika Adipati Wiranata Kusumah menderita sakit keras, beliau ingin sekali menonton peragaan seni pencak dan tembang Cianjuran.

Abah Aleh dan murid-muridnya pun diundang untuk menampilkan peragaan jurus dan gerakan silatnya. Abah Aleh menampilkan jurus-jurus yang indah dan kompak.

Peragaan mereka diiringi musik kendang Pencak.  Turut juga menyertai Bapak Hamim yang membawakan tembang Cianjuran.

Setelah menikmati pertunjukan tersebut, hati Adipati Wiranata Kusumah merasa terhibur hingga ia pun sembuh. Sebagai rasa hormat dan tanda terima kasih, beliau memberikan nama kelompok Abah Aleh dengan “Penglipur Galih” atau “Penghibur Hati”. Sedangkan kelompok seni Cianjuran Bapak Hamim diberi nama “Panglipur” atau “Penghibur”. Kedua tokoh kemudian berembuk dan memutuskan untuk bertukar nama agar lebih sesuai dengan garapan seninya.

Nama Panglipur sebagai pemberian dari Adipati Wiranata Kusuma, selain memiliki arti penghibur, juga oleh para sesepuh perguruan dijadikan akronim dari ungkapan yang hingga saat ini menjadi motto perguruan Panglipur. Motto tersebut adalah “Pek Aranjeun Neangan Guitu Lohong Ilmuna Pikeun Udageun Rasa”  yang artinya “Silahkan mencari guru yang tinggi ilmunya untuk mencapai kesempurnaan rasa.”

Gerakan dan jurus silat yang diajarkan Panglipur meliputi berbagai aliran khas Jawa Barat, yaitu Syahbandar, Kari, Sera, Cimande dan Cikalong. Berbagai aliran tersebut diolah sedemikian rupa hingga akhirnya menjadi teknikteknik khas perguruan Panglipur.

Selain mengajarkan teknik beladiri tangan kosong, perguruan ini juga mahir dalam penggunaan senjata, baik senjata tajam maupun tumpul. Jurus-jurus senjata yang diajarkan dalam perguruan Panglipur antara lain : golok, tongkat, kipas dll.

Perguruan Panglipur banyak menghasilkan pendekarpendekar muda. Para pendekar tersebut setelah menyelesaikan pelajarannya pulang ke daerahnya masingmasing dan membuka paguron (perguruan) baru.

Sebagai rasa hormat kepada guru dan cinta kepada paguron induknya, kebanyakan perkumpulan baru tersebut menggunakan nama paguron induk dan menggabungkannya dengan nama baru. Maka munculah banyak perguruan baru yang merupakan cabang dari perguruan Panglipur, seperti: Rayi Panglipur, Panglipur Muda, Mekar Panglipur, Sinar Panglipur, Panglipur Jembar Kencana, Simpay Panglipur, Panglipur Pamager Sari dan Panglipur Siliwangi.

Rd. Eni Rukmini Sekar Ningrat

Untuk mempersatukan perguruan –perguruan Panglipur yang sudah tersebar, para sesepuh dan guru besar mengambil inisiatif untuk mendirikan sebuah Himpunan Pencak Silat Panglipur. Himpunan ini diketahui oleh Ibu Eni Rukmini Sekarningrat yang merupakan anak keempat dari Abah Aleh. Begitu banyak jumlah perguruan yang bergabung, hingga menjadikannya himpunan terbesar di Jawa Barat.

Sumber : Kampoeng Silat Jampang

Perguruan Silat  Wonga Tua Kaulinan Sera Bongkar Kandang

Perguruan Silat Wonga Tua Kaulinan Sera Bongkar Kandang

Loading

Abah S. Anda yang lahir pada tahun 1911 dari seorang ayah bernama Abah Amin merupakan seorang pejuang yang melawan penjajah Belanda dan Jepang. Pada tahun 1941 di usia yang ke-25 tahun beliau bersama ayahnya melawan penjajah Jepang di Bogor. Suatu ketika Abah S. Anda membunuh pasukan penjajah Jepang dengan cara ditusuk dengan senjata tajam, setelah itu penjajah tersebut dikubur dalam keadaan masih hidup sampai akhirnya meninggal dunia.

Setelah peristiwa yang cukup menggemparkan penjajah Jepang tersebut, Abah S. Anda berhijrah ke Banten, sekaligus menemui ayah angkatnya Abah Amin yang bernama Abah Godok/Raden Papak dengan tujuan untuk memperdalam dan menambah ilmu silat yang digunakan sebagai modal untuk melawan penjajah yang ada di Bogor. Pada tahun 1942, Abah S. Anda ikut berjuang bersama Abah Godog melawan penjajah di daerah Banten. Pada waktu itu banyak penduduk Banten yang diculik untuk dijadikan budak penjajah Jepang.

Setelah berjuang di Banten, Abah Godog pun diajak oleh Abah S. Anda ke Bogor untuk bersilaturahmi dengan Abah Amin. Bertemulah ayah angkat dengan anak angkatnya yang sudah lama tidak berjumpa, yaitu Abah Godog dan Abah Amin. Setelah pertemuan tersebut, Abah Godog lantas mengajak duel Abah Amin, untuk mengetahui sejauh mana kekuatan Abah Amin yang sudah sekian lama tidak bertemu. Mereka pun saling adu kekuatan untuk membuktikan siapa yang lebih kuat/sakti, ternyata Abah Godog dan Abah Amin memiliki ilmu yang samasama kuat.

Setelah mereka bertemu dan mengasah kekuatan Abah Godog/Raden Papak mengusulkan ke anak angkatnya untuk membuka tempat bela diri, Abah Amin pun setuju untuk membuka  perguruan di kediamannya. Setelah itu terbentuklah Perguruan Silat Sera di Kampung Cibuluh Desa Kedung Badak Kec. Tanah Sareal Kab. Bogor pada tahun 1946. Abah Amin sebagai pelatih utama didampingi oleh Abah S. Anda sebagai asisten pelatih memiliki 53 (lima puluh tiga) murid generasi pertama Sera, diantaranya yaitu Bapak Sanusi (Uci), Bapak Encep, Bapak Anwar, dan masih banyak yang lainnya. Setelah terbentuk Perguruan Silat Sera di Bogor, Abah Godog/Raden Papak kembali ke kampung halaman di Banten.

Pada tahun 1963 Abah Amin mempunyai cucu laki-laki hasil perkawinan dari Abah S. Anda dengan Siti Mariam, anak tersebut Abah Amin beri nama, Ade Sopian. Ketika cucunya berusia 7 tahun, Abah Amin meninggal dunia, lalu kepemimpinan perguruan dilanjutkan oleh Abah S. Anda. Ade Sopian sebagai anaknya dipersiapkan dari semenjak kecil sebagai calon penerus perguruan, ia diajarkan ilmu silat semenjak kecil. Pada usia 19 tahun, Ade Sopian sudah berhasil menjadi asisten pelatih. Ketika Bapak Ade Sopian sudah diangkat menjadi pelatih, Abah S. Anda meninggal dunia pada tahun 1991. Kepemimpinan perguruan selanjutnya digantikan oleh anaknya, Bapak Ade Sopian.

Abah Ade Sopian – Guru Besar Sera

Pada bulan November 2014, Bapak Ade Sopian membuka unit latihan Perguruan Silat Sera di Jampang Pulo Desa Jampang Kec. Kemang, Kab. Bogor dengan murid sekitar 30 orang. Proses latihan dibantu oleh asisten pelatih Bang Biih/Nurhasan, Entong Beno, Nur Imam Syaputra, Dede Supriyadi/Kevin, Acep Saputra, Andika, Shegi Juniar Dani, dan Tedidan. Saat ini Perguruan Silat Sera semakin meluas perkembangannya, di Jampang Pulo Desa Jampang saja terdapat sebanyak 83 generasi  muda pesilat Wonga Tua Kaulinan Sera.

Sumber : Kampoeng Silat Jampang

 

Persatuan Tata Gerak Silat  Salaca Macan Putih

Persatuan Tata Gerak Silat Salaca Macan Putih

Loading

Persatuan Tata Gerak Silat Salaca Macan Putih adalah suatu pergerakan pencak silat yang bertujuan untuk melestarikan serta untuk mempertahankan nilai-nilai seni dan budaya para leluhur Sunda/Jawa Barat, persatuan ini bermakna dari suatu dorongan kuat agar kekayaan seni budaya nusantara tidak hilang dimakan zaman. Persatuan ini terbentuk karena adanya niat dan tekad yang sangat luar biasa agar kekayaan seni ini dapat dipertahankan dan dapat dikelola dengan baik oleh para cucu leluhur dan anak bangsa ini sendiri.

Persatuan pencak silat ini memiliki landasan filosofis dan spiritual yang dalam, dengan kata lain kegiatan pencak silat ini dapat menumbuhkan rasa patriotisme untuk memperjuangkan pelestarian seni budaya dan juga rasa nasionalisme akan kecintaan terhadap seni budaya bangsa Indonesia.

Persatuaan Tata Gerak Silat Salaca Macan Putih adalah suatu latihan dasar bela diri serta olah raga yang memiliki gerakan-gerakan khusus yang diadaptasikan dari pesilatpesilat leluhur tatar Sunda/Jawa Barat, kegiatan lainnya juga berupa pelestarian cagar budaya dan pengenalan sejarah kejayaan Pasundan/Jawa Barat.

Ki Edi Nurdiana – Guru Besar Salaca Macan Putih

 

 

Kegiatan-kegiatan yang dijalankan di Persatuan Tata Gerak Silat Salaca Macan Putih secara tidak langsung membawa dampak positif dalam upaya pelestarian cagar dan seni budaya bersama pemerintahan Indonesia. Oleh karena itu, kegiatan ini adalah wadah yang dapat mendidik, memunculkan rasa nasionalisme, dan dapat menjaga warisan budaya Indonesia khususnya budaya leluhur Pasundan/Jawa Barat.

Arti lambang Persatuan Tata Gerak Silat Salaca Macan Putih

  1. Bentuk segitiga melambangkan gunung, 3 unsur negara, bangsa, dan agama
  2. Angka 369 berartikan Sam Lak Kaw, dalam bahasa tertentu
  3. Gambar kujang sebagai simbol senjata utama masyarakat Pasundan pada umumnya
  4. Gambar macan melambangkan simbol khas Jawa Barat
  5. Warna merah pada mata melambangkan keberanian
  6. Warna dasar putih melambangkan kesucian atau kemurnian
  7. Warna kuning pada huruf dan angka melambangkan kelanggengan
  8. Warna hitam pada garis segitiga adalah sebuah pembatas hitam dan putih

Gerakan dasar di Persatuan Tata Gerak Silat Salaca Macan Putih

Bentuk-bentuk gerakan dasar antara lain:

Belaan, adalah suatu usaha mempertahankan diri yang dilakukan baik dengan tangan maupun dengan kaki ketika menerima serangan.

Macam-macam belaan dasar antara lain:

  1. Pembuangan, adalah teknik belaan yang dilakukan dalam keadaan memaksa dengan jalan membuang tenaga serangan lawan.
  2. Tangkisan, adalah teknik belaan dengan cara mengadakan kontak langsung (benturan) terhadap serangan lawan, dengan jalan membendung atau mengalihkan serangan. Tangkisan dapat berupa tangkisan tangan ataupun kaki.
  3. Hindaran/elakan, adalah teknik belaan dengan cara memindahkan sasaran dari lintasan serangan
  4. Pelepasan kunci, adalah usaha untuk melepaskan diri dari tangkapan lawan, dilakukan dengan cara satu tangan atau dua tangan.

Serangan, di dalam pencak silat memiliki macam yang banyak dari teknik bertahan dan menyerang. Pesilat biasa menggunakan tangan, siku, lengan, kaki, lutut, dan telapak kaki dalam serangan. Teknik umum termaksuk tendangan, pukulan, sandungan, sapuan, mengunci, melempar, menahan, mematahkan tulang sendi, dan lain-lain.

Macam-macam serangan antara lain:

  1. Dengan tangan: pukulan-colokan-tebasan-sodokansikutan-kuncian, serangan dengan tangan dapat dilakukan dengan berbagai bentuk , yaitu mengepal, terbuka, dan terbuka sebagian dengan memperhatikan lintas serangan.
  2. Dengan kaki: tendangan-dengkulan-menjatuhkan (serampang, ungkit, dan sapu), serangan dengan kaki juga memperhatikan unsure-unsur teknik tersebut di atas dengan mengembangkan teknik yang benar. Untuk memantapkan serangan kaki, perlu diperhatikan cara melatih kekuatan dan keseimbangan kaki tumpu pada waktu melakukan tendangan dan sikap tubuh serta sikap tangan yang baik, sehingga teknik tendangan menjadi lebih baik dan dapat melakukan tendangan dengan sempurna.

Jurus-jurus

Jurus adalah suatu rangkaian gerakan teknik pencak silat (kuda-kuda, serangan, belaan). Jurus merupakan rangkain gerakan dasar untuk tubuh bagian atas dan bawah, yang digunakan sebagai panduan teknik lanjutan pencak silat, dilakukan untuk berlatih tunggal atau berpasangan. Penggunaan langkah, atau gerakan kecil tubuh, mengajarkan pengaturan penggunaan kaki. Saat digabungkan, itulah dasar pasang aliran seluruh tubuh.

Sumber : Kampoeng Silat Jampang

Perguruan Silat Pusaka Sabandar

Perguruan Silat Pusaka Sabandar

Loading

 

Pusaka Sabandar adalah perguruan beraliran Sabandar, aliran silat yang dikembangkan oleh Muhammad Kasim Amak Syahbandar atau yang lebih dikenal dengan nama Raden Ama Sabandar, yang dilahirkan pada tahun 1766 di Sumatera Barat, tepatnya di Pagaruyung atau Kabupaten Tanah Datar saat ini.

Muhammad Kasim Amak Syahbandar

Muhammad Kasim Amak Syahbandar

Muhammad Kasim merupakan seorang anak bangsawan, dia terusir dari kampung halamannya setelah fitnah penjajah. Belanda mempengaruhi kaum bangsawan dan kerajaan. Dia dianggap bersalah karena mengajarkan Silat Pusako kepada masyarakat awam yang bukan bangsawan atau keluarga kerajaan. Dalam pengembaraannya dia sempat singgah ke Batavia, lalu akhirnya dia menetap di Desa Karang Tengah, Cianjur. Beliau meninggal pada tahun 1880 dan dimakamkan di Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat dalam usia 114 tahun.

Aliran silat Sabandar inilah yang menjadi benih dari didirikannya Perguruan Pencak Silat Pusaka Sabandar pada tahun 1982. Ajaran atau aliran yang disebut ilmu “Sahbandar” ini merupakan jenis olah raga dan seni bela diri yang merupakan warisan para leluhur bangsa Indonesia, yang oleh guru besar perguruan Bapak R. Suwandar Kartadimadja telah diwariskan kepada Bapak Oden Aslam, Ketua Dewan Guru PS Gerak Raga Inkeda. Lalu kemudian bersama para anggota dewan perguruan dijabarkan dan dikembangkan supaya lebih mudah dipahami isi maupun maknanya.

Untuk lebih mendalami ilmu tersebut, perguruan menggunakan suatu ajaran meditasi khusyuk yang disebut “tali rasa” (ikatan rasa). Ajaran ini mengutamakan pembinaan mental dan spiritual bagi para anggotanya. Melalui ajaran tersebut, perguruan bertujuan untuk membentuk para anggotanya supaya memiliki ketahanan jasmani dan rohani yang tanguh, dengan dilandasi sifat rendah hati, berbudi luhur, dan berwatak ksatria, sehingga dapat berguna bagi bangsa, negara, dan agamanya.

Bentuk ajarannya merupakan suatu rangkaian gerak (gerak badan/jurus/kembangan) dengan mendasarkan pada seni tradisional yang dilandasi dengan kekuatan pada teknik-teknik pernapasan khusus (pengantar napas) dan penguasaan diri serta konsentrasi yang tinggi. Sehingga pada suatu tingkatan tertentu dapat menjadi sarana untuk memelihara/ meningkatkan kesehatan tubuh dan juga sarana untuk bela diri.

Aki Abdul Malik – Ketua Dewan Guru

Hakikatnya, pada setiap manusia terdapat suatu “kekuatan dalam” atau “jiga”, disebut sebagai unsur kekuatan dasar dalam diri manusia. Dengan melakukan latihan yang rutin serta mendalam, dan melalui penguasaan napas yang benar, akan banyak membantu menyempurnakan fungsi jantung dan ginjal sehingga terbentuk kesegaran jasmani dan kekuatan rohani, juga dapat berfungsi pula untuk mengendalikan hawa nafsu.

Pada tahap  yang lebih tinggi,  di mana seseorang telah memiliki kemampuan untuk menyalurkan pada bagian tubuh tertentu, maka akan timbul suatu kekuatan positif/ kekuatan bertambah (suatu kekuatan yang melebihi kemampuan kekuatan manusia  pada biasanya), yang mana dengan kekuatan tambah ini seseorang dapat memiliki ketahanan tubuh yang kuat, bahkan akan mampu untuk menahan  semua benturan keras terhadap tubuhnya, benturan itu dapat berupa pukulan tangan, kayu keras, batu bata/batu kali, lempengan besi, dan lain sebaginya. Serta juga mampu menahan/menerima siraman air keras.

Secara garis besar isi ajaran tersebut meliputi penggabungan dari rangkaian gerak raga ( jurus/ kembangan), teknik pernapasan khusus (mengatur napas), dan meditasi (pengunaan diri dan konsentrasi yang tinggi) yang dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:

1 . Rangkaian gerak raga, dibagi menjadi dua bagian

  • Rangkaian gerak raga atas dasar keindahan/keluwesan
  • Rangkaian gerak raga untuk tujuan bela diri

Dalam hal ini sudah banyak gerakan-gerakan/jurus-jurus yang dikembangkan oleh para guru Pusaka Sabandar sendiri, namun demikian tidak menghilangkan dari unsur gerak aslinya.

  1. Teknik pernapasan khusus (pengaturan napas), dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut:
  • Teknik pernapasan dengan gerak jurus, yaitu teknik pernapasan yang dikombinasikan dengan gerakan raga/jurus (khas jurus sabandar).
  • Teknik pernapasan tanpa gerak, yaitu teknik pernapasan/pengaturan napas yang dilakukan dengan posisi duduk, berdiri, tidur, dan posisi lainnya, juga pada waktu meditasi (meditasi tali rasa).

Teknik pernapasan ini ternyata banyak memiliki manfaat buat kesehatan tubuh dan dapat menyembuhkan bermacam-macam penyakit, terbukti dengan banyak diterbitkannya dan beredarnya buku-buku pernapasan untuk kesehatan, bahkan ada yang telah mendapatkan pengakuan yang datangnya dari dalam maupun luar negeri.

3 . Meditasi (semedi )

Untuk pencapaian penguasaan diri dan konsentrasi yang tinggi dalam upaya pemusatan serta penyaluran inti kekuatan dalam diri seseorang, diperlukan latihan berupa meditasi khusus yang disebut ”tali rasa”. Melalui pendekatan kepada Tuhan Yang Maha Esa (dzikir) menuju keheningan yang dalam, dengan menyatukan unsurunsur kekuatan dasar dalam diri manusia, dari situ akan melapangkan jalan mencapai suatu penyatuan unsurunsur kekuatan tersebut menjadi suatu inti kekuatan dalam.

Untuk mencapai tingkatan seperti tersebut di atas, diperlukan suatu tahapan di mana setiap tahapan harus dikuasai terlebih dahulu, jadi kesimpulannya setiap tahapan meninggalkan suatu tingkatan untuk menuju ke arah penemuan tahapan berikutnya.

Pada tanggal 4 April 1992 di Jakarta, diadakan musyawarah yang dihadiri oleh para anggota bersama Dewan Pelatih dan Dewan Guru, menghasilkan kesepakatan untuk mengganti nama Perguruan Pencak Silat Gerak Raga Inkeda menjadi Perguruan Pencak Silat Pusaka Sabandar. Sekarang perguruan ini beralamat di Jalan R. Moh. Kahfi 1 RT. 006 RW. 02 Ciganjur, Jakarta 12630.

Ciri khas dari Pencak Silat Pusaka Sabandar ini terlihat dari setiap gerakannya yang harus dibarengi dengan pengaturan pernapasan. Perguruan silat yang memiliki keanggotaan/murid sekitar 500 orang ini memiliki jurus andalan yang disebut “Jurus Tangtung Alif”. Sekarang perguruan ini tersebar di Ciganjur, Cibubur, Guntur, Depok, Parung, dan Mega Mendung.

Sumber : Kampoeng Silat Jampang

Perguruan Silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah

Perguruan Silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah

Loading

Tahun 1872, di Banjarnegara lahir seorang putera dari KH. Syuhada, yang kemudian diberi nama Ibrahim. Ibrahim kecil memiliki karakter yang berani dan tangguh sehingga disegani oleh kawan-kawannya. Ibrahim belajar pencak dan kelak menginjak usia remaja telah menunjukkan ketangkasan pencak silat. Ia dikenal aktif menggunakan ilmu pencaknya untuk menentang penjajah Belanda. Setelah menjadi buronan Belanda, Ibrahim berkelana hingga sampai ke Betawi, dan selanjutnya ke Tanah Suci.

Sepulang dari ibadah haji, Ibrahim masih menjadi buronan Belanda, sehingga kemudian berganti nama menjadi KH. Busyro Syuhada. Ia menikahi puteri KH. Ali, lalu kemudian mendirikan Pondok Pesantren Binorong di Banjarnegara. Pondok Pesantren Binorong berkembang pesat, di antara santri-santrinya adalah: Achyat adik misan Ibrahim, M.

Yasin adik kandung, dan Sudirman, yang kelak menjadi panglima besar.

Tahun 1921 dalam Konferensi Pemuda Muhammadiyah di Yogyakarta, KH. Busyro bertemu pertama kali dengan dua kakak beradik  A. Dimyati dan M. Wahib, yang diawali dengan adu kaweruh (adu ilmu) antara M. Wahib dengan Achyat (kelak berganti nama menjadi H. Burhan). Selanjutnya, kedua kakak beradik ini mengangkat KH. Busyro sebagai guru.

KH. Busyro Syuhada kemudian pindah dan menetap di Yogyakarta, sehingga aliran Pencak Silat Banjaran yang pada awalnya dikembakan melalui Pondok Pesantren Binorong kemudian dikembangkan di kauman, Yogyakarta. Atas restu Pendekar Besar KH. Busyro, A. Dimyati dan M. Wahib diizinkan untuk membuka perguruan dan menerima murid. Tahun 1925 dibukalah perguruan pencak silat di kauman, terkenal dengan mana Cikauman.

Perguruan Cikauman, dipimpin langsung oleh Pendekar Besar A. Dimyati. Dalam perkembangannya, tersebutlah M. Syamsuddin (yang melahirkan jurus andalan “katak, lembu jantan dan harimau”), murid Cikauman yang dinyatakan berhasil dan lulus. Ia diizinkan untuk menerima murid dan mendirikan Perguruan Seranoman.

Perguruan Seranoman melahirkan seorang murid andalan bernama Moh. Barrie Irsyad. Ia sebagai murid angkatan ke-6 yang telah dinyatakan lulus dalam menjalani penggemblengan oleh pendekar M. Zahid, M. Syamsuddin, M. Wahib, dan A. Dimyati. Kemudian Moh. Barrie Irsyad mendirikan Perguruan Kasegu. Kasegu merupakan senjata khas yang berlafal Muhammad yang diciptakan oleh Pendekar Besar Moh. Barrie Irsyad.

Atas desakan murid-murid Perguruan Kasegu kepada pendekar Moh. Barrie Irsyad, untuk mendirikan satu perguruan yang menggabungkan perguruan yang sejalur, maka terbentuklah Perguruan Tapak Suci yang dicetuskan oleh tiga perguruan silat yang sudah ada sebelumnya, yaitu Perguruan Cikauman, Perguruan Seranoman, dan Perguruan Kasegu.

Perguruan Tapak Suci berdiri pada tanggal 31 Juli 1963 bertepatan dengan 10 Rabi’ul Awwal 1383, pukul 20.00 di gedung Pesantren Aisyiyah, Kauman, Yogyakarta. Ketua Umum pertama  Tapak Suci adalah H. Djarnawi Hadikusumo. Untuk meningkatkan Perguruan Tapak Suci menjadi lebih tertib dalam keorganisasian, maka dibentuklah 2 (dua) tim perumus yang mempersiapkan sarana dan prasarana Tapak Suci. Tim tersebut diantaranya; Tim Organisasi yang diketuai oleh Irfan Hadjam dan Tim Perguruan yang diketuai oleh Moh. Rustam HS.

Kedua tim tersebut dengan dibantu oleh beberapa orang lainnya berhasil merumuskan:

  1. Nama perguruan dirumuskan bersama oleh Moh. Barrie Irsyad, Moh. Rustam HS, dan Moh. Djakfal kusuma.
  2. Tata tertib upacara disusun oleh Moh. Barrie Irsyad.
  3. Doa dan ikrar disusun oleh H. Djarnawi Hadikusuma.
  4. Lambang perguruan diciptakan oleh Moh. Fahmie Ishom.
  5. Lambang anggota diciptakan oleh Suharto Sujak.
  6. Lambang tim inti Kosegu (Komando Serba Guna) diciptakan oleh Ajib Hamzah.
  7. Bentuk dan Warna seragam ditentukan oleh Moh. Zundar Wiesman dan Anis Susanto.

Pada saat kelahiranya Tapak Suci telah digariskan bahwa:

  1. Tapak Suci berjiwa ajaran KH Ahmad Dahlan.
  2. Keilmuanya bersifat methodis dan dinamis.
  3. Keilmuanya bersih dari syirik dan menyesatkan.

Setelah Tapak Suci berdiri, banyak daerah yang meminta untuk dibukakan cabang di tempatnya. Secara otomatis Tapak Suci menjadi wadah silaturahmi para pendekar yang berada di lingkungan Muhammadiyah. Pada tahun 1964, ketika pimpinan pusat Muhammadiyah diketuai oleh KH. Ahmad Badawi, Tapak Suci diterima menjadi organisasi otonom Muhammadiyah. Nama perguruan lalu dirubah menjadi Tapak Suci Putera Muhammadiyah, disingkat Tapak Suci. Kini, selain berkembang hampir di seluruh kawasan di indonesia, Tapak Suci juga telah menyebar ke Singapura, Belanda, Jerman, Austria, dan Mesir.

Perguruan yang memiliki kekhasan dengan jurus “Bunga Mawar, Katak, Rajawali, Ikan Terbang, Naga, Merpati, Lembu, dan Terkaman Harimau” ini sekarang memiliki anggota sekitar 35.000 orang, dengan jurus andalan seperti “Katak Melempar Tubuh, Ikan Terbang Menjelang ke Angkasa, dan Harimau Membuka Jalan”.

Sumber : Kampoeng SIlat Jampang

Ikatan Perguruan Silat Gombel

Ikatan Perguruan Silat Gombel

Loading

Gendang Pencak merupakan salah satu dari sekian banyak seni dan budaya tradisional yang berasal dari Betawi. Gendang Pencak merupakan budaya yang menyatu dengan rakyat Betawi, yang wilayahnya meliputi Jabodetabek. Gendang Pencak itu sendiri terdiri dari Pencak Silat dan Seni Tari Gendang Pencak.

Salah satu yang masih melestarikan kebudayaan ini adalah Sanggar Seni Tradisional Gendang Pencak “Raden Sera Putih”. Berasal dan berkembang dari Perguruan Pencak Silat Gombel, yang pada masanya pernah mengalami kejayaan, sekarang riwayatnya hanya bisa diceritakan secara turun-temurun di daerah Betawi, di wilayah Depok dan sekitarnya, dengan berbagai versi dikarenakan sudah terlampau tuanya cerita rakyat ini.

Dalam kondisi yang memprihatinkan, para penerus bela diri Silat yang bermusik Gendang Pencak ini tidak berhenti untuk terus berkarya dalam rangka untuk terus melestarikan dan mengembangkan kesenian tradisional warisan nenek moyang yang keberadaannya sudah jarang bisa kita temukan, khususnya di daerah Depok terlebih di wilayah Betawi secara luas.

Pada Tahun  1973 Bpk. Sa’amin Sain bersama Bpk. Sa’imin dan teman-temannya belajar ilmu bela diri Silat Gombel kepada seorang guru yang bernama Bpk. Satong (Sa’ar bin Kuang) di Kampung Benda Cipayung, Depok yang dahulu masih masuk ke dalam wilayah Kabupaten Bogor. Beberapa tahun kemudian Bpk. Satong meninggal dunia, lalu murid-muridnya mengembangkan ilmu silat bela diri Gombel di Wilayahnya Masing-masing. Termasuk Bpk. Sa’amin Sain meneruskan dan mengembangkan ilmu silat bela diri Gombel di daerah Rawa Denok Rangkapan Jaya, Depok.

Babe Sa’amin Daun – Guru Besar Silat Gombel

Pada tahun 2007/2008 Bpk. Sa’amin Sain mempunyai anak didik sekitar 7 orang. Dengan semangat pantang menyerah Bpk. Sa’amin Sain dan teman-temanya terus mempertahankan dan mengembangkan ilmu silat bela diri Gombel. Setelah beberapa tahun kemudian anak didiknya semakin bertambah menjadi 60 orang.

Sebagai putra Betawi asli, Bpk Sa’amin terdorong untuk ikut melestarikan dan mengembangkan seni tradisional gendang pencak yang sudah mulai banyak ditinggalkan. Maka, pada tahun 2009 Bpk. Sa’amin Sain dan temantemanya dengan semangat yang kuat mendirikan sanggar seni tradisional gendang pencak yang diberi nama Raden Sera Putih (Rawa Denok Serang Banten Putih).

Sanggar Seni Tradisional Gendang Pencak Raden Sera Putih berdiri pada hari sabtu tanggal 20 Nopember 2009. Sanggar ini berusaha sekuat tenaga untuk dapat memberdayakan bidang-bidang garapannya dengan menciptakan pembinaan yang terpadu untuk mengiring kemajuan seni tradisional. Adapun kegiatan rutin yang dilakukan secara berkala adalah pembinaan rutin mingguan dan bulanan, juga pementasan secara rutin yang dapat mengasah kemampuan seni yang lebih berkualitas.

Keberadaan Sanggar Seni Tradisional Gendang Pencak Raden Sera Putih menjadi sinergis dengan program pemerintah kota Depok Provinsi Jawa Barat maupun Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia untuk membina potensi dan budaya lokal dalam rangka menunjang sektor pariwisata.

Pembinaan rutin yang dilakukan oleh Sanggar Seni Tradisional Gendang Pencak Raden Sera Putih meliputi: Seni Bela Diri Pencak, Seni Tari Gendang Pencak, Palang Pintu Betawi, dan Marawis. Pembinaan secara rutin dilakukan di tempat sanggar yang beralamat di Jl. Raya Keadilan No. 1 Kp. Rawadenok Kel. Rangkapan Jaya Baru Kec. Pancoran Mas Kota Depok.

Sumber : Kampoeng Silat Jampang