Seni Bela Diri Pencak Silat Cimande Tari Kolot tak lepas dari sosok Abah Khaer. Konon ia adalah orang pertama yang memperkenalkan dan menyebarkan silat Cimande. Syahdan, Abah Khaer adalah seorang pedagang yang kerap melakukan perjalanan antara Batavia, Bogor, Cianjur, Bandung, dan Sumedang. Dalam perjalanannya, Abah Khaer sering mendapat gangguan keamanan lanun atau rampok.
Suatu ketika, saat kembali ke rumah, Abah Khaer tak menjumpai istrinya. Ia pun memarahi istrinya dan hendak memukul saat istrinya pulang ke rumah. Namun di luar dugaan, istrinya dapat mengelak dengan gerakan yang gesit. Usut punya usut, ternyata ia kerap menyaksikan perkelahian antara monyet dan macan di tepian sungai saat mencuci pakaian.
Dari situlah kemudian Abah Khaer mulai mempelajari ilmu bela diri, atau yang dikenal dengan Maenpo (versi lain menyebut Maepo). Lahirlah kemudian jurus Pamonyet, Pamacan, dan Pepedangan, dengan ciri khas serangan tangan yang sangat kokoh.
Lambat laun, jurus-jurus Abah Khaer semakin berkembang. Hal ini tidak terlepas dari perjumpaan Abah Khaer dengan para pendekar dan ahli bela diri lain dari berbagai aliran ketika melakukan perjalanan dagang. Mulai dari silek Minangkabau, hingga Kung Fu dari Tiongkok. Abah Khaer juga mencoba bertukar pengalaman, sehingga terjadi pertukaran budaya dan berimbas pada perkembangan dunia persilatan sekarang ini.
Ketika berdagang di Cianjur, beliau bertemu Bupati Cianjur Raden Adipati Wiratanudarat. Ketenaran Abah Khaer sebagai pendekar menyebar, ia pun akhirnya pindah ke Cianjur dan berdomisili di Kampung Kemurung. Suatu ketika, Bupati Cianjur menggelar adu tanding dengan para pendekar. Berhadapan dengan permainan Kuntao Macao di alun-alun kota ciajur, Abah Khaer akhirnya keluar sebagai juara. Momentum ini melejitkan nama Abah Khaer.
Pada tahun 1815, Abah Khaer kembali ke Bogor. Beliau yang memiliki lima orang putra akhirnya menurunkan ilmunya kepada mereka. Endut, Ocod, Otang, Komar dan Ayot demikian nama panggilan mereka. Dari kelima anak inilah Maenpo Cimande disebarkan ke seluruh Tatar Pasundan.
Hingga kini, Cimande menjadi salah satu ikon silat Indonesia. Dari sini kemudian berkembang aliran-aliran dan perguruan silat lainnya. Di Bogor sendiri, Manepo Cimande dikembangkan oleh Abah Ace, yang meninggal di Tari Kolot, Bogor tahun 1970 lalu. Dari peninggalannya, berkembang perguruan silat Cimande Tari Kolot Indonesia.
Perguruan ini memiliki 113 jurus, yang terdiri dari beragam gerakan. Mulai dari tangan kosong, tendangan hingga penggunaan senjata seperti golok dan pisau. Nama-nama jurus itu di antaranya Selancar 12, Golok Kebut, Sabet Pedang, Toya Sodok Tengah, Lilit Sarung, serta Banting Lipetan.
Sumber : Kampoeng Silat Jampang