Pencak silat Cingkrik, adalah salah satu seni bela diri Indonesia asli, yang telah berumur bertahun-tahun dan diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Cingkrik, adalah salah satu Aliran silat Betawi. Karena beberapa gerakan utamanya adalah berlompat-lompatan dengan satu kaki, orang Betawi menyebutnya jejingkrikan, lantas kemudian silat ini pun disebut Jingkrik, Cingkrig, atau Cingkrik.
Engkong Goning, nama aslinya adalah Ainin Bin Urim, beliau adalah seorang pejuang Kedoya Kebon Jeruk, Jakarta Barat, serta pewaris dan penerus silat Cingkrik. Beliau lahir sekitar tahun 1895 dan meninggal sekitar tahun 1975 pada umur 80 tahun. Beliau sering dipanggil “Nin” (berubah bunyi menjadi “Ning”) dan ditambah kata “Go” di depan kata Ning (kata ledekan anak-anak Betawi), jadilah orang memanggilnya “Goning”.
Menurut penjelasan Haji Husien (anak kedua dari Kong Goning), bahwa Beliau sering pergi ke daerah Marunda (Cilincing, Tanjung Priok), tempat di mana Bang Pitoeng jaya pada zamannya.
Beliau pulang ke Kedoya dari Marunda dua sampai empat hari lamanya (tidak dijelaskan apa tujuannya). Beliau mempunyai 4 orang anak laki-laki dan 3 orang anak perempuan. Nama anak laki-laki beliau adalah Kosim (almarhum), Haji Husien, Haji Sa’adih, dan Haji Arsyad Jago/Mandor (almarhum). Beliau juga mempunyai seorang murid yang bernama Engkong Usup Utay.
Engkong Usup Utay Bin Tohir, beliau adalah murid dari Engkong Goning. Lahir sekitar tahun 1927 serta meninggal sekitar tahun 1993 pada umur 66 tahun. Beliau mempunyai murid yang bernama Tb. Bambang Sudrajat dari daerah Grogol, yang dikenal dengan sebutan Babeh Tb. Bambang Sudrajat.
Babeh Tb. Bambang Sudrajat, adalah murid sekaligus menantu dari Engkong Usup Utay sekaligus merupakan ahli waris dan penerus dari aliran Silat Cingkrik Goning melalaui jalur keilmuan Engkong Usup Utay.
Babeh Tb. Bambang Sudrajat, belajar sejak tahun 1966, kala itu ia berumur 11 tahun. Waktu itu ia melihat tukang bambu dari daerah Rempoa belajar silat dengan Engkong Usup Utay, karena setiap hari Babeh Bambang datang ke tempat latihan, maka oleh Engkong Usup Utay ia ditanya apakah ia mau belajar silat. Lalu,hitungan, serta jurusnya yang dinamis/ luwes tapi mematikan.”
Babeh Bambang menjawab mau. Kemudian oleh Engkong Usup Utay Babeh Bambang disuruh untuk meminta izin dari orang tuanya.
Setelah itu mulailah Babeh Bambang belajar silat dengan Engkong Usup Utay. Sampai akhirnya Babeh Bambang menikah dengan putri Engkong Usup Utay yang bernama Ibu Yani. Babeh Bambang sendiri telah belajar lama, sampai Engkong Usup Utay meninggal dunia. Sebelum meninggal beliau berpesan kepada Babeh Bambang jangan sampai mati obor (punah).
Perguruan silat yang beralamat di Jalan Latumenten Kp. Kramat Rt.08/09 Grogol Jakarta Barat ini mempunyai kekhasan dalam kuncian yang mematikan gerakan dalam hitungan detik/dalam satu hitungan, serta jurusnya yang dinamis/luwes tapi mematikan. Adapun jurus andalan dari perguruan silat ini adalah jurus Cingkrik. Kini, perguruan silat Cingkrik Goning sudah tersebar di 15 cabang yang terdapat di daerah Jabodetabek.
Pencak Silat Cingkrik Goning mempunyai lambang yang terdiri dari jari telunjuk, yaitu melambangkan hubungan vertikal dengan Yang Maha Kuasa. Tiga jari lainnya melambangkan pengendalian emosi diri, pikiran, dan tindakan. Padi melambangkan kemakmuran dalam perekonomian. Bola Dunia melambangkan bahwa silat tradisional ini telah mendunia.
Adapun visi dari perguruan silat ini adalah membina dan mengembangkan watak manusia dalam segala aspeknya, baik seni budaya, bela diri, olah raga, dan spiritual. Sementara misinya adalah ikut membantu pemerintah dalam rangka penanggulangan remaja, melakukan kamtibmas, serta melakukan upaya-upaya preventif/ pencegahan tawuran pelajar dan bahaya narkoba.
Sumber : Kampoeng Silat Jampang