Loading

Silat Gerak Gulung Budi Daya Ti Padjajaran berasal dari kerajaan Padjajaran. Awalnya aliran silat ini bernama Gulung Maung yang diturunkan secara turun temurun melalui jalur keluarga. Oleh sebab itu, pada mulanya silat ini tertutup untuk kalangan luas atau masyarakat umum, hingga pada akhirnya sampailah kepada Eyang Sarean.

Eyang Sarean adalah pewaris awal dari permainan Gulung Maung. Eyang Sarean sendiri tinggal di Sukaraja Bogor, karena permainan ini hanya diturunkan di lingkungan keluarga maka permainan ini tidak berkembang luas di masyarakat. Eyang Sarean mempunyai putra bernama Eyang Guru H, Abdullah yang juga tinggal di Sukaraja Bogor. Pada masa Eyang Guru inilah nama Gulung Maung diubah menjadi Gerak Gulung Budi Daya Ti Padjajaran (GGBD). Perubahan ini didasarkan pada sifat dari permainan Gulung Maung yang sangat buas, karena Gulung Maung mempunyai prinsip “Kembangna cilaka, buahna pati”.

Suatu kali, Eyang Guru H. Abdullah mendapat mimpi yang menampilkan gambaran berupa sesosok bayi yang baru lahir, merangkak, melangkah dan berjalan. Berdasarkan gambaran tersebut Eyang Guru mengambil gerakan untuk jurus berdasarkan adegan (berdiri) sholat. Inilah awal dari jurus Salancar. Mengapa disebut GGBD? Karena permainan ini masih mempunyai dasar sama dengan Gulung Maung, akan tetapi telah dibudi dayakan, dalam artian permainan ini tidak lagi sebuas seperti Gulung Maung yang bersifat seperti Harimau, yang pada dasarnya harus membunuh mangsanya.

Dengan adanya perubahan dari Gulung Maung menjadi GGBD harapannya seseorang yang telah menguasai permainan ini tidak akan buas seperti harimau. Karena pada prinsipnya manusia lebih mulia dibandingkan harimau, dan perlu diingat bahwa hampir semua permainan silat sifatnya untuk beladiri termasuk GGBD.

Permainan silat ini kemudian diwariskan kepada H. Ace Aom Kusumaningrat (1840-1943), keponakan sekaligus menantu dari Eyang Guru. H Abdullah. H. Ace Aom Kusumaningrat adalah putera dari Uyut Syafei yang merupakan adik dari Eyang Guru. Permainan GGBD pada masa ini mulai sedikit terbuka untuk kalangan kerabat.

Silat GGBD sebenarnya mempunyai dua permainan, yaitu Gerak Leang dan Gerak Sambut Pukul. Permainan ini dikuasai oleh tiga orang putera H. Ace Aom K. Putera pertamanya adalah H.Ahmad Kusumaningrat (1900-1985) tinggal di Jl. Ciranjang Kebayoran Jakarta. Ia menguasai semua jenis permainan GGBD, termasuk Gerak Leang dan Gerak Sambut Pukul. Putera kedua adalah Muhammad Yusuf/Aki Cucu. Ia hanya mengusai permainan Gerak Sambut Pukul, bertempat tinggal di Bojong Neros. Terakhir, Abdusshomad/Aki Shomad yang hanya menguasai permainan Gerak Leang.

Sementara itu, istri H Ace Aom yang bernama Tresmen Megantara juga menguasai Jurus Budi Daya yang dikhususkan untuk perempuan. Walaupun pada intinya tidak ada bedanya dengan Gerak Gulung, namun disesuaikan kekuatan fisik perempuan.

Permainan GGBD mulai disebarkan kepada masyarakat luas pada masa Horis Kusumaningrat (1930-1999). Beliau adalah putera pertama dari H. Ahmad Kusumaningrat yang bertempat tinggal di Bojong Menteng Ciomas Bogor. Pada masa Horis Kusumaningrat inilah, banyak pendekar dan praktisi beladiri dari dalam dan luar negeri sempat datang berguru ke beliau.

Sebagaimana tradisi masa lalu, sebelum orang datang berguru, biasanya ia akan mengadu kekuatan terlebih dahulu. Setelah mengakui kehebatannya, baru mereka akan berguru. Demikian pula para pesilat yang ingin berguru kepada Horis Kusumaningrat. Mereka pun mengakui keunggulan dan kehebatan Horis Kusumaningrat. Bahkan menurut mereka, teknik beladiri silat Gerak Gulung sangat efektif dan berbahaya bagi lawan jika digunakan dalam suatu pertarungan. Beberapa pendekar dan praktisi beladiri dari dalam dan luar negeri yang sempat berguru dan mempelajari sedikit teknik beladiri GGBD. Di antaranya adalah Eddie Jafri, Greg Alland, Dustin Etan/ David Tanner, Frank Metiello.

Berdasarkan kesepakatan dari Bapak. Horis Kusumaningrat sebagai pewaris langsung dari permainan silat GGBD, diangkatlah beberapa orang Rakawira (yang telah mendapat ijin untuk melatih), beberapa orang diantaranya TB. Isnaeni bin Isro (Kang Iyus), Heri Bahtra (Mas Heri), M. Ridwan (Kang Awang), Firman Hamdani (Kang Dani). Januari tahun 2008 Kang Iyus wafat, sedangkan Mas Heri dan Dani karena kesibukannya untuk sementara ini tidak aktif. Saat ini yang masih aktif melatih adalah Kang Awang, berpusat di kediamaan beliau di Ciomas Bogor.

Seperti pada umumnya permainan silat di tanah Sunda, awal silat GGBD adalah untuk syiar Islam. Seiring perkembangan jaman, sekarang permainan ini lebih difokuskan kepada pembinaan ahlak/moral dengan pendekatan silahturahmi yang intinya adalah persaudaraan. Perlu juga diketahui di dalam silat GGBD tidak ada istilah Guru dan Murid yang ada hanyalah Kakak dan Adik. Oleh sebab itu apabila ingin menjadi warga GGBD harus di Taleq. Dan bagi siapa saja yang ingin menjadi warga GGBD silahkan datang ke kediaman Kang Awang di Ciomas Bogor.

Sumber : Kampoeng Silat Jampang