Perguruan Pencak Silat Hawa Murni Indonesia (HMI)

Perguruan Pencak Silat Hawa Murni Indonesia (HMI)

Loading

Perguruan Hawa Murni Indonesia didirikan oleh Abah Udin Syamsuddin (1916-1997) pada tahun 1970-an di Cidodol, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Abah Udin adalah Pendekar yang juga ahli tasawuf yang berasal dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Beliau menguasai beberapa aliran klasik seperti Cimande, Cikalong, Syahbandar, Kari dan Madi. Dalam pengembaraan keilmuannya, pada 1940-an akhirnya bertemu dengan Abah Badri dan Uyut Imoh suami istri yang menguasai teknik “Hawa Murni” di Tasikmalaya.

Dalam tradisi masa lalu, sebelum berguru seseorang harus menguji keilmuannya, di situlah Abah Udin Syamsudin tidak berdaya berhadapan dengan Abah Badri dan istrinya, bahkan tanpa kontak fisik Abah Udin selalu terjatuh tanpa bisa menyentuh keduannya. Pada akhirnya Abah Udin berguru pada Abah Badri dan Uyut Imoh, lalu semenjak itu Abah Udin  mengembangkan tradisi Hawa Murni sampai hijrah ke Jakarta pada tahun 1950-an.

Alm. Abah Syamsudin (Pendiri)

Bpk. Drs. Hidayat (Pewaris dan Guru Besar)

 

Pada awalnya Hawa Murni Indonesia dikenal dengan sebutan Sport, karena gerakan dasarnya lebih seperti olahraga/senam pernapasan. Sebenarnya ada beberapa murid Abah Udin yang juga mengembangkan jurus Hawa Murni di beberapa daerah dengan nama perguruan yang berbeda, seperti perguruan Olah Nurani di Kab. Bandung yang dipimpin oleh Ure Suganda, Perguruan Sport Hawa Murni yag dipelopori oleh Ade Kendar di Tasikmalaya, dan lebih banyak lagi yang mengembangkan melalui komunitas atau perkumpulan tanpa embel-embel perguruan, seperti Ujang Suharto di Kebayoran Lama, Yosep di Sumedang, dan lain-lain.

Sepeninggal Abah Udin, oleh pewaris Guru Besar Drs. Hidayat selaku putra almarhum Abah Udin Syamsudin dirubah menjadi Seni Gerak Hawa Murni pada tahun 1997, yang bermarkas di SMAN 1 Tajurhalang, di mana Drs. Hidayat bekerja sebagai PNS kepala Tata Usaha. Ketika itu juga pencak silat menjadi ekstrakurikuler di SMAN 1 Tajur Halang, yang selanjutnya tersebar ke hampir 28 cabang sekolah di Kabupaten Bogor dan Kota Depok.

Demi eksistensi Hawa Murni Indonesia di tingkat nasional maupun internasional, Hawa Murni Indonesia bergabung dengan IPSI Kabupaten Bogor  pada tanggal 10 Januari 2007. Pada Mubes (Musyawarah Besar) tahun 2012 kemudian mengalami perubahan kembali menjadi Perguruan Pencak Silat Hawa Murni Indonesia. Saat ini sekretariat PPS HMI beralamat di Jl. SMAN 1 Tajurhalang Kp. Kandang Panjang RT 03/07 Desa Tajurhalang Kec.Tajurhalang Kab. Bogor.

Hawa Murni Indonesia telah mengikuti berbagai kejuaraan mulai dari tingkat kabupaten sampai semi internasional. Walaupun tergolong perguruan baru tetapi Hawa Murni Indonesia berhasil menjadi juara umum ke-3 berturutturut pada kejuaraan Bupati Cup tahun 2010 dan 2011, serta menjadi tim favorit ke-2 tingkat SMP pada kejuaraan semi internasional Jakarta Championship II 2014. Bahkan baru-baru ini Hawa Murni Indonesia telah sukses menyelenggarakan kejuaraan HMI Cup Open piala Ketua IPSI Kab. Bogor pada 22 s/d 24 Mei 2015 yang diikuti 1400 pesilat se-Jabodetabek dan Sukabumi. Kini PPS HMI telah tersebar ke beberapa daerah di Bogor, Depok, dan Jakarta.

Ciri khas jurus Perguruan Pencak Silat Hawa Murni Indonesia adalah penggabungan berbagai jurus dasar beberapa aliran besar seperti Cimande, Cikalong, Syahbandar, Kari dan Madi, dengan teknik pernapasan murni tanpa mantra, wirid, atau ritual mistis yang tidak syar’i, dengan penekanan pada harmonisasi antara jurus dan napas dengan kekuatan penuh pada saat melakukan jurus, yang pada tingkatan tertentu mampu menghasilkan apa yang kini dikenal dengan fenomena tenaga dalam, seperti kekuatan tubuh dalam menahan benturan dan menjatuhkan lawan dari jarak jauh.

Jurus andalan atau yang paling masyhur dari Perguruan Pencak Silat Hawa Murni Indonesia adalah antara pertahanan dan serangan dilakukan secara bersamaan,

Makna yang terkandung di dalam gerakan, ajaran, maupun jurus yang diajarkan di PPS HMI adalah setiap anggota mengusahakan sendiri keberhasilannya. Semua tergantung pada usaha dan kegigihan masing-masing di dalam mengolah dan mengembangkan jurus-jurus PPS HMI. Rahasianya hanya pada motivasi yang benar dan konsistensi di dalam latihan, intinya setiap anggota yang ingin mencapai tingkatan tertinggi haruslah terus bergerak tanpa henti seperti air mengalir yang pada akhirnya mampu menghancurkan batu yang keras, bahkan bisa menghasilkan energi besar seperti listrik. Setiap anggota juga harus memahami hakikat atau filosofi Hawa Murni secara spiritual yang maknanya segala perbuatan haruslah didasari oleh jiwa yang suci tanpa terkontaminasi oleh hawa nafsu amarah.

Saat ini PPS HMI tersebar di Kab. Bogor (meliputi: Kec. Tajurhalang, Kec. Bojonggede, Kec. Parung, dan Kec. Gunung Sindur) dan Kota Depok dengan jumlah 28 cabang sekolah (SD, SMP, dan SMA). Anggota/murid yang saat ini tergabung dalam PPS HMI berjumlah sekitar 900  anggota.

Sumber : Kampoeng Silat Jampang

Perguruan Pencak Silat Cingkrik Goning

Loading

Pencak silat Cingkrik, adalah salah satu seni bela diri Indonesia asli, yang telah berumur bertahun-tahun dan diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Cingkrik, adalah salah satu Aliran silat Betawi.  Karena beberapa gerakan utamanya adalah berlompat-lompatan dengan satu kaki, orang Betawi menyebutnya jejingkrikan, lantas kemudian silat ini pun disebut Jingkrik, Cingkrig, atau Cingkrik.

Engkong Goning, nama aslinya adalah Ainin Bin Urim, beliau adalah seorang pejuang Kedoya Kebon Jeruk, Jakarta Barat, serta pewaris dan penerus silat Cingkrik. Beliau lahir sekitar tahun 1895 dan meninggal sekitar tahun 1975 pada umur 80 tahun.  Beliau sering dipanggil “Nin” (berubah bunyi menjadi “Ning”) dan ditambah kata “Go” di depan kata Ning (kata ledekan anak-anak Betawi), jadilah orang memanggilnya “Goning”.

Menurut penjelasan Haji Husien (anak kedua dari Kong Goning), bahwa Beliau sering pergi ke daerah Marunda (Cilincing, Tanjung Priok), tempat di mana Bang Pitoeng jaya pada zamannya.

Beliau pulang ke Kedoya dari Marunda dua sampai empat hari lamanya (tidak dijelaskan apa tujuannya). Beliau mempunyai 4 orang anak laki-laki dan 3 orang anak perempuan. Nama anak laki-laki beliau adalah Kosim (almarhum), Haji Husien, Haji Sa’adih, dan Haji Arsyad Jago/Mandor (almarhum). Beliau juga mempunyai seorang murid yang bernama Engkong Usup Utay.

Engkong Usup Utay Bin Tohir, beliau adalah murid dari Engkong Goning. Lahir sekitar tahun 1927 serta meninggal sekitar tahun 1993 pada umur 66 tahun. Beliau mempunyai murid yang bernama Tb. Bambang Sudrajat dari daerah Grogol, yang dikenal dengan sebutan Babeh Tb. Bambang Sudrajat.

Babeh Tb. Bambang Sudrajat, adalah murid sekaligus menantu dari Engkong Usup Utay sekaligus merupakan ahli waris dan penerus dari aliran Silat Cingkrik Goning melalaui jalur keilmuan Engkong Usup Utay.

Babeh Tb. Bambang Sudrajat, belajar sejak tahun 1966, kala itu ia berumur 11 tahun. Waktu itu ia melihat tukang bambu dari daerah Rempoa belajar silat dengan Engkong Usup Utay, karena setiap hari Babeh Bambang datang ke tempat   latihan, maka     oleh Engkong Usup Utay ia ditanya apakah ia mau belajar silat. Lalu,hitungan, serta jurusnya yang dinamis/ luwes tapi mematikan.”

Babeh Bambang menjawab mau. Kemudian oleh Engkong Usup Utay Babeh Bambang disuruh untuk meminta izin dari orang  tuanya.

Setelah itu mulailah Babeh Bambang belajar silat dengan Engkong Usup Utay. Sampai akhirnya Babeh Bambang menikah dengan putri Engkong Usup Utay yang bernama Ibu Yani. Babeh Bambang sendiri telah belajar lama, sampai Engkong Usup Utay meninggal dunia. Sebelum meninggal beliau berpesan kepada Babeh Bambang jangan sampai mati obor (punah).

Perguruan silat yang beralamat di Jalan Latumenten Kp. Kramat Rt.08/09 Grogol Jakarta Barat ini mempunyai kekhasan dalam kuncian yang mematikan gerakan dalam hitungan detik/dalam satu hitungan, serta jurusnya yang dinamis/luwes tapi mematikan. Adapun jurus andalan dari perguruan silat ini adalah jurus Cingkrik. Kini, perguruan silat Cingkrik Goning sudah tersebar di 15 cabang yang terdapat di daerah Jabodetabek.

Pencak Silat Cingkrik Goning mempunyai lambang yang terdiri dari jari telunjuk, yaitu melambangkan hubungan vertikal dengan Yang Maha Kuasa. Tiga jari lainnya melambangkan pengendalian emosi diri, pikiran, dan tindakan. Padi melambangkan kemakmuran dalam perekonomian. Bola Dunia melambangkan bahwa silat tradisional ini telah mendunia.

Adapun visi dari perguruan silat ini adalah membina dan mengembangkan watak manusia dalam segala aspeknya, baik seni budaya, bela diri, olah raga, dan spiritual. Sementara misinya adalah ikut membantu pemerintah dalam rangka penanggulangan remaja, melakukan kamtibmas, serta melakukan upaya-upaya preventif/ pencegahan tawuran pelajar dan bahaya narkoba.

Sumber : Kampoeng Silat Jampang

Perguruan Pencak Silat Cimande Tarikolot

Loading


Seni Bela Diri Pencak Silat Cimande Tari Kolot tak lepas dari sosok Abah Khaer. Konon ia adalah orang pertama yang memperkenalkan dan menyebarkan silat Cimande. Syahdan, Abah Khaer adalah seorang pedagang yang kerap melakukan perjalanan antara Batavia, Bogor, Cianjur, Bandung, dan Sumedang. Dalam perjalanannya, Abah Khaer sering mendapat gangguan keamanan lanun atau rampok.

Suatu ketika, saat kembali ke rumah, Abah Khaer tak menjumpai istrinya. Ia pun memarahi istrinya dan hendak memukul saat istrinya pulang ke rumah. Namun di luar dugaan, istrinya dapat mengelak dengan gerakan yang gesit. Usut punya usut, ternyata ia kerap menyaksikan perkelahian antara monyet dan macan di tepian sungai saat mencuci pakaian.

Dari situlah kemudian Abah Khaer mulai mempelajari ilmu bela diri, atau yang dikenal dengan Maenpo (versi lain menyebut Maepo). Lahirlah kemudian jurus Pamonyet, Pamacan, dan Pepedangan, dengan ciri khas serangan tangan yang sangat kokoh.

Lambat laun, jurus-jurus Abah Khaer semakin berkembang. Hal ini tidak terlepas dari perjumpaan Abah Khaer dengan para pendekar dan ahli bela diri lain dari berbagai aliran ketika melakukan perjalanan dagang. Mulai dari silek Minangkabau, hingga Kung Fu dari Tiongkok. Abah Khaer juga mencoba bertukar pengalaman, sehingga terjadi pertukaran budaya dan berimbas pada perkembangan dunia persilatan sekarang ini.

Ketika berdagang di Cianjur, beliau bertemu Bupati Cianjur Raden Adipati Wiratanudarat. Ketenaran Abah Khaer sebagai pendekar menyebar, ia pun akhirnya pindah ke Cianjur dan berdomisili di Kampung Kemurung. Suatu ketika, Bupati Cianjur menggelar adu tanding dengan para pendekar. Berhadapan dengan permainan Kuntao Macao di alun-alun kota ciajur, Abah Khaer akhirnya keluar sebagai juara. Momentum ini melejitkan nama Abah Khaer.

Pada tahun 1815, Abah Khaer kembali ke Bogor. Beliau yang memiliki lima orang putra akhirnya menurunkan ilmunya kepada mereka. Endut, Ocod, Otang, Komar dan Ayot demikian nama panggilan mereka. Dari kelima anak inilah Maenpo Cimande disebarkan ke seluruh Tatar Pasundan.

Hingga kini, Cimande menjadi salah satu ikon silat Indonesia. Dari sini kemudian berkembang aliran-aliran dan perguruan silat lainnya. Di Bogor sendiri, Manepo Cimande dikembangkan oleh Abah Ace, yang meninggal di Tari Kolot, Bogor tahun 1970 lalu. Dari peninggalannya, berkembang perguruan silat Cimande Tari Kolot Indonesia.

Perguruan ini memiliki 113 jurus, yang terdiri dari beragam gerakan. Mulai dari tangan kosong, tendangan hingga penggunaan senjata seperti golok dan pisau. Nama-nama jurus itu di antaranya Selancar 12, Golok Kebut, Sabet Pedang, Toya Sodok Tengah, Lilit Sarung, serta Banting Lipetan.

Sumber : Kampoeng Silat Jampang

Perguruan Pencak Silat Gerak Gulung Budi Daya Ti Padjajaran

Loading

Silat Gerak Gulung Budi Daya Ti Padjajaran berasal dari kerajaan Padjajaran. Awalnya aliran silat ini bernama Gulung Maung yang diturunkan secara turun temurun melalui jalur keluarga. Oleh sebab itu, pada mulanya silat ini tertutup untuk kalangan luas atau masyarakat umum, hingga pada akhirnya sampailah kepada Eyang Sarean.

Eyang Sarean adalah pewaris awal dari permainan Gulung Maung. Eyang Sarean sendiri tinggal di Sukaraja Bogor, karena permainan ini hanya diturunkan di lingkungan keluarga maka permainan ini tidak berkembang luas di masyarakat. Eyang Sarean mempunyai putra bernama Eyang Guru H, Abdullah yang juga tinggal di Sukaraja Bogor. Pada masa Eyang Guru inilah nama Gulung Maung diubah menjadi Gerak Gulung Budi Daya Ti Padjajaran (GGBD). Perubahan ini didasarkan pada sifat dari permainan Gulung Maung yang sangat buas, karena Gulung Maung mempunyai prinsip “Kembangna cilaka, buahna pati”.

Suatu kali, Eyang Guru H. Abdullah mendapat mimpi yang menampilkan gambaran berupa sesosok bayi yang baru lahir, merangkak, melangkah dan berjalan. Berdasarkan gambaran tersebut Eyang Guru mengambil gerakan untuk jurus berdasarkan adegan (berdiri) sholat. Inilah awal dari jurus Salancar. Mengapa disebut GGBD? Karena permainan ini masih mempunyai dasar sama dengan Gulung Maung, akan tetapi telah dibudi dayakan, dalam artian permainan ini tidak lagi sebuas seperti Gulung Maung yang bersifat seperti Harimau, yang pada dasarnya harus membunuh mangsanya.

Dengan adanya perubahan dari Gulung Maung menjadi GGBD harapannya seseorang yang telah menguasai permainan ini tidak akan buas seperti harimau. Karena pada prinsipnya manusia lebih mulia dibandingkan harimau, dan perlu diingat bahwa hampir semua permainan silat sifatnya untuk beladiri termasuk GGBD.

Permainan silat ini kemudian diwariskan kepada H. Ace Aom Kusumaningrat (1840-1943), keponakan sekaligus menantu dari Eyang Guru. H Abdullah. H. Ace Aom Kusumaningrat adalah putera dari Uyut Syafei yang merupakan adik dari Eyang Guru. Permainan GGBD pada masa ini mulai sedikit terbuka untuk kalangan kerabat.

Silat GGBD sebenarnya mempunyai dua permainan, yaitu Gerak Leang dan Gerak Sambut Pukul. Permainan ini dikuasai oleh tiga orang putera H. Ace Aom K. Putera pertamanya adalah H.Ahmad Kusumaningrat (1900-1985) tinggal di Jl. Ciranjang Kebayoran Jakarta. Ia menguasai semua jenis permainan GGBD, termasuk Gerak Leang dan Gerak Sambut Pukul. Putera kedua adalah Muhammad Yusuf/Aki Cucu. Ia hanya mengusai permainan Gerak Sambut Pukul, bertempat tinggal di Bojong Neros. Terakhir, Abdusshomad/Aki Shomad yang hanya menguasai permainan Gerak Leang.

Sementara itu, istri H Ace Aom yang bernama Tresmen Megantara juga menguasai Jurus Budi Daya yang dikhususkan untuk perempuan. Walaupun pada intinya tidak ada bedanya dengan Gerak Gulung, namun disesuaikan kekuatan fisik perempuan.

Permainan GGBD mulai disebarkan kepada masyarakat luas pada masa Horis Kusumaningrat (1930-1999). Beliau adalah putera pertama dari H. Ahmad Kusumaningrat yang bertempat tinggal di Bojong Menteng Ciomas Bogor. Pada masa Horis Kusumaningrat inilah, banyak pendekar dan praktisi beladiri dari dalam dan luar negeri sempat datang berguru ke beliau.

Sebagaimana tradisi masa lalu, sebelum orang datang berguru, biasanya ia akan mengadu kekuatan terlebih dahulu. Setelah mengakui kehebatannya, baru mereka akan berguru. Demikian pula para pesilat yang ingin berguru kepada Horis Kusumaningrat. Mereka pun mengakui keunggulan dan kehebatan Horis Kusumaningrat. Bahkan menurut mereka, teknik beladiri silat Gerak Gulung sangat efektif dan berbahaya bagi lawan jika digunakan dalam suatu pertarungan. Beberapa pendekar dan praktisi beladiri dari dalam dan luar negeri yang sempat berguru dan mempelajari sedikit teknik beladiri GGBD. Di antaranya adalah Eddie Jafri, Greg Alland, Dustin Etan/ David Tanner, Frank Metiello.

Berdasarkan kesepakatan dari Bapak. Horis Kusumaningrat sebagai pewaris langsung dari permainan silat GGBD, diangkatlah beberapa orang Rakawira (yang telah mendapat ijin untuk melatih), beberapa orang diantaranya TB. Isnaeni bin Isro (Kang Iyus), Heri Bahtra (Mas Heri), M. Ridwan (Kang Awang), Firman Hamdani (Kang Dani). Januari tahun 2008 Kang Iyus wafat, sedangkan Mas Heri dan Dani karena kesibukannya untuk sementara ini tidak aktif. Saat ini yang masih aktif melatih adalah Kang Awang, berpusat di kediamaan beliau di Ciomas Bogor.

Seperti pada umumnya permainan silat di tanah Sunda, awal silat GGBD adalah untuk syiar Islam. Seiring perkembangan jaman, sekarang permainan ini lebih difokuskan kepada pembinaan ahlak/moral dengan pendekatan silahturahmi yang intinya adalah persaudaraan. Perlu juga diketahui di dalam silat GGBD tidak ada istilah Guru dan Murid yang ada hanyalah Kakak dan Adik. Oleh sebab itu apabila ingin menjadi warga GGBD harus di Taleq. Dan bagi siapa saja yang ingin menjadi warga GGBD silahkan datang ke kediaman Kang Awang di Ciomas Bogor.

Sumber : Kampoeng Silat Jampang

Keluarga Pencak Silat Persaudaraan Gerak Paseban

Loading

Silat Paseban diciptakan oleh Engkong Mohammad Saleh bin Salman. Pria yang kerap dipanggil Engkong Saleh atau Babe Aleh ini orang Betawi asli dari Paseban. Paseban adalah salah satu kawasan di Salemba Jakarta Pusat. Budayanya banyak dipengaruhi oleh budaya China dan Arab. Mengenai penamaan kampung tersebut menjadi Kampung Paseban, konon karena di daerah itu terdapat rumah dengan halaman luas dan teras besar semacam pendopo. Dalam bahasa setempat, pendopo tersebut disebut dengan istilah paseban. Akhirnya nama itu melekat menjadi nama kampung tersebut.

Dahulu, daerah Paseban terkenal sebagai gudangnya jagoan silat. Ada beberapa aliran silat di kampung ini seperti Serasi, Sabeni, Pengasinan, Tiga Berantai, dan yang lainnya. Namun, yang menonjol dan menjadi ciri khas kampung ini adalah Silat Paseban-Gerak Paksa Melintang Patah.

Awalnya, perguruan yang didirikan Engkong Saleh ini bernama  Perguruan Silat Sinar Paseban. Pada perkembangannya, dengan seizin Engkong Saleh, salah satu cucunya yg bernama Babe Cacang S. Murtadho mendirikan Pendidikan Silat Taqwa Betawi.

Sekitar tahun 1950, Engkong Salim bin Sinan belajar silat aliran Paseban di daerah Paseban, tepatnya didepan Toko Maju Paseban langsung di bawah bimbingan Engkong Saleh. Setelah belajar tidak terlalu lama, Engkong Salim mulai diminta untuk membantu melatih anggota baru dan mulai menggembangkan Silat Paseban terutama di daerah Depok, Kebon Duren dan sekitarnya dengan nama Perguruan Silat Sinar Kalimulya dan sering disebut dengan nama Paseban Lama.

Setelah sempat vakum beberapa waktu, Engkong Salim mulai melatih kembali beberapa anggota pesilat yang mau belajar aliran Paseban dan pada tahun 2012 tepatnya 07 Oktober 2012. Atas restu dan izin dari putri Engkong Saleh bin Salman, yaitu Ibu Hj. Tati Rumiyati Saleh binti H. Muhammad Saleh bin Salman, Beliau berkenan untuk menyerahkan dan mewariskan sekaligus memberikan mandat kepada Engkong Salim bin Sinan untuk mewariskan dan mengembangkan silat aliran Paseban. Perguruan ini kemudian diberi nama Keluarga Pencak Silat (KPS) Gerak Paseban yang di dalamnya Ibu Tati sendiri menjadi Guru Besar Kehormatan KPS Gerak Paseban.

Aliran silat ini memiliki beberapa ciri khas, di antaranya serangannya yang mengandalkan tenaga (power), pukulan-pukulan jauh, variasi teknik tangkapan, kuncian, patahan dan juga bantingan termasuk beberapa teknik pergumulan. Pola serangannya selalu maju, tidak ada mundur. Dalam jarak menengah akan dilancarkan serangan mulai dari pukulan, tendangan, sikutan, dan dengkul.

Ketika dalam jarak rapat, maka kuncian, tangkapan, patahan dan bantingan yang akan dilancarkan.

Ajaran Silat Paseban memiliki 18 jurus dengan 6 jurus sebagai jurus dasar. Selain itu ditambah dengan variasi Jurus Praktek yang jumlahnya bisa mencapai sekitar 350 teknik. Semua prinsip dan gerakan asli terus dilestarikan dan pertahankan mengingat sejarah dan kearifan yang masih diwariskan turun temurun.

Salah satunya adalah bahwa silat adalah untuk “Menjaga Diri bukan Membela Diri” dikarenakan Keluarga Pencak Silat Gerak Paseban senantiasa berusaha untuk menjaga diri agar tidak berbuat kesalahan dan selalu menjaga tali silaturahim sesama manusia.

Dengan moto “DENGAN SHOLAT DAN SILAT KAMI MENJAGA DIRI” diharapkan semua anggota KPS GERAK PASEBAN senantiasa menjadi pribadi yang sholeh, arif, bersahaja dan berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, Nusa dan Bangsa.

Setiap Anggota tidak boleh menggunakan ilmunya untuk berbuat kemunkaran dan bersikap sombong. Akan tetapi diharapkan semua anggota KPS menjadi pribadi yang sholeh, arif, bersahaja dan berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, Nusa dan Bangsa.GERAK PASEBAN senantiasa harus digunakan untuk mencari banyak saudara dan selalu menjalin silaturrahim kepada sesama manusia.

Salah satu jurus yang paling mashur adalah Gerak Paksa Melintang patah (Jurus PASEBAN), selain itu ada  Jurus Pancer, Jurus Sembilan Beset, Jurus Sembilan Deprok dll.

Makna yang terkandung dalam setiap jurus adalah, bahwa jika kita akan menyerang maupun menerima serangan harus dapat membuat lawan melintang. Sehingga dapat dipatahkan semua serangannya dan dapat membedakan antara serangan yang bersifat  hanya bercanda dengan serangan yang berbahaya.

Saat ini, KPS Gerak Paseban memiliki 360 siswa dengan 15 orang pelatih. Beberapa tempat latihannya adalah kediaman Engkong Salim di Depok; Pesantren Riyadhul Jannah, Jampang Parung; Pesantren Al- Hidayah Boarding School (HBS), Rawa Denok, Sawangan Depok; serta SDN Kalimulya 3 Kebonduren , Depok.

Tidak semua orang dapat diterima menjadi siswa. Semua harus melalui tahap penyaringan dan tanya jawab.  Setiap yang belajar silat ini harus yakin akan Jurus PASEBAN. Hanya orang yang berhati bersih lah yang dapat menerima jurus-jurus di perguruan ini.

Sumber : Kampoeng Silat Jampang